Monday, 25 November 2019

PENERAPAN BI’AH ARABIYAH DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB SANTRI PONDOK MODERN BABUSSALAM


PENERAPAN BI’AH ARABIYAH DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB SANTRI PONDOK MODERN BABUSSALAM

LAPORAN HASIL PENELITIAN


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Metodologi Penelitian


Oleh:
DZIKRI ANNAHYAN
(210514067)

Kelas/ Semester: TA.B/ V


Dosen Pengampu:
EVI MUAFIAH M. Ag





FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
DESEMBER 2016
______________________________________________________________________________



ABSTRAK

Lingkungan yang berpengaruh terhadap proses belajar bahasa dikelompokkan dalam dua kategori umum yaitu lingkungan kelas yang sengaja diciptakan untuk membantu peserta didik belajar bahasa dan lingkungan bahasa diluar kelas yang hadir secara alamiah. Yang Kaitannya dengan uraian tadi, dari hasil observasi lapangan dan wawancara peneliti dengan pengurus bahasa dan santri bahwa pembelajaran bahasa arab dengan menghidupkan suasana lingkungan bahasa merupakan cara yang tepat dan cepat dalam mencapai hasil pembelajaran bahasa, dewasa ini berbagai metode yang dikembangkan namun hasil yang maksimal belum didapatkan, untuk itu bi^ah lugawiyah merupakan alternative dalam pembelajaran bahasa Arab sebagai alat komunikatif.
Penelitian ini akan mengkaji Bagaimana Peran bi’ah arabiyah terhadap kemampuan berbicara bahasa arab santri dan Bagaimana menciptakan lingkungan bahasa (bi’ah al-lughah ‘arabiyah) yang efektif, lalu Apa faktor pendukung dan penghambat dalam menciptakan lingkungan bahasa (bi’ah al-lughah ‘arabiyah) yang efektif.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, yang berfokus pada guru dan santri. Yang berobjek di Pondok Modern Babussalam. Penggalian data ini menggunakan wawancara  dan observasi sebagai cara untuk memperoleh informasi.
Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwasannya peran bi’ah arabiyah terhadap kemampuan berbicara bahasa arab kurang memuaskan, dilihat dari factor penghambat dalam menciptakan bi’ah dan dalam periode ini berbicara bahasa arab dipondok Modern Babussalam sangat menurun. alasanya tidak semua komponen yang ada dalam Pondok Modern menggunakan bahasa arab, arabiyah kurangnya kesadaran dalam menggunakan bahasa arab, kurangnya jasusah dan sanksi dari bagian bahasa, kurangnya seorang figure berbahasa dari kakak kelas(OSPM/Pengurus) dan Ust/Ustdzahnya.



BAB I

PENDAHULUAN

       A.    Latar Belakang Masalah
Penganut madzhab behaviorisme dalam pembelajaran adalah “faktor-faktor eksternal dan bahwa merekayasa lingkungan pembelajaran adalah cara efektif untuk mencapai tujuan.[1]
     Dalam dunia belajar mengajar bahasa, dikenal istilah pemerolehan bahasa (ta’allum al-lughah-language learning). Pemerolehan adalah proses penguasaan bahasa kedua secara alamiah melalui bawah sadar dengan cara berkomunikasi langsung dengan orang-orang yang menggunakan bahasa tersebut. Sedangkan belajar adalah proses penguasaan bahasa, terutama kaidah-kaidahnya, secara sadar sebagai akibat dari pengajaran oleh guru atau hasil belajar secara mandiri.[2]
     Lingkungan yang berpengaruh terhadap proses belajar bahasa dikelompokkan dalam dua kategori umum yaitu lingkungan kelas yang sengaja diciptakan untuk membantu peserta didik belajar bahasa dan lingkungan bahasa diluar kelas yang hadir secara alamiah. Yang dimaksud dengan  diluar kelas adalah segala hal yang didengar dan diamati oleh peserta didik sehubungan dengan bahasa kedua yang sedang dipelajarinya.[3]
Kaitannya dengan uraian tadi, dari hasil observasi lapangan dan wawancara peneliti dengan pengurus bahasa dan santri bahwa pembelajaran bahasa arab dengan menghidupkan suasana lingkungan bahasa merupakan cara yang tepat dan cepat dalam mencapai hasil pembelajaran bahasa, dewasa ini berbagai metode yang dikembangkan namun hasil yang maksimal belum didapatkan, untuk itu bi’ah lugawiyah merupakan alternative dalam pembelajaran bahasa Arab sebagai alat komunikatif.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti mengambil judul Penerapan  Bi’ah Arabiyah dalam Pembelajaran Bahasa Arab Santri Pondok Modern Babussalam”.

     B.     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.      Bagaimana upaya menciptakan lingkungan bahasa (Bi’ah al-lughah ‘arabiyah) yang baik di Pondok Modern babussalam?
2.      Apa faktor penghambat dalam menciptakan lingkungan bahasa (bi’ah al-lughah ‘arabiyah) di Pondok Modern Babussalam?
3.      Bagaimana upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi hambatan dalam menciptakan lingkungan bahasa (bi’ah al-lughah ‘arabiyah) di Pondok Modern Babussalam?
     C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan Masalah yang disebutkan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:
1.      Untuk mengetahui upaya-upaya dalam menciptakan lingkungan bahasa yang baik di Pondok Modern Babussalam
2.      Untuk mengetahui faktor penghambat dalam menciptakan lingkungan bahasa (bi’ah al-lughah ‘arabiyah) di Pondok Modern Babussalam
3.      Untuk mengetahui mengatasi hambatan dalam menciptakan lingkungan bahasa (bi’ah al-lughah ‘arabiyah) di Pondok Modern Babussalam
     D.    Manfaat Penelitian
1.      Secara teoritis
Secara teoritis dari hasil penelitian ini akan ditemukan konsep lingkungan bahasa yang efektif guna meningkatkan kemampuan berbicara bahasa arab dalam pembelajaran bahasa arab.
2.      Secara praktis
Sebagai masukan dan sumbangan fikiran dalam menciptakan lingkungan bahasa (bi’ah al-lughah arabiyah) yang tepat dalam pembelajaran bahasa arab di PONDOK MODERN BABUSSALAM khususnya dan pada lembaga lain pada umumnya.
     E.     Metode Penelitian
1.      Jenis penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan dari pada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif, dan  makna merupakan hal yang esensial. Ada beberapa jenis metodologi penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif yaitu mencakup penelitian etnografi, studi kasus, fenomenologi, teori grounded dan biografi atau naratif.[4]
Dan dalam hal ini, jenis penelitian yang digunakan adalah study Kasus, merupakan suatu penelitian kualitatif yang berusaha menemukan makna, menyelidiki proses dan memperoleh pengertian serta pengalaman yang mendalam dari individu, kelompok atau situasi.
2.      Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah PONDOK MODERN BABUSSALAM. Dengan alasan bahwa di dalam lembaga tersebut terdapat pembinaan dan pengembangan bahasa asing (arab dan inggris) secara intensif dan menjadikannya bahasa resmi dipondok pesantren.
3.      Sumber Data
      Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya. Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini adalah: kata-kata dan tindakan sebagai sumber data utama, sedangkan  sumber data tertulis adalah sebagai sumber data tambahan.
4.      Teknik pengumpulan data
a.       Tehnik wawancara
   Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Cara melakukan wawancara ialah mirip dengan kita jika sedang melakukan pembicaraan dengan lawan bicara kita, wawancara dimulai dengan mengemukakan topic yang umum untuk membantu penelitian memahami perspektif makna yang diwawancari.[5]
Hal ini sesuai dengan asumsi dasar penelitian kualitatif, bahwa jawaban yang diberikan harus dapat memberikan perspektif yang diteliti bukan sebaliknya, yaitu perspektif dari penelitian sendiri.
Dalam penelitian ini orang-orang yang akan diwawancarai adalah:
1.      Ketua Bahasa yaitu untuk memperoleh informasi tentang peran bi’ah lughah arabiyah.
2.      Pihak pengajaran untuk memperoleh data  tentang factor pendukung dan penghambat pembelajaran bahasa Arab.
3.      Para santri untuk memperoleh informasi tentang tanggapan dari diadakannya bi’ah al-lughah arabiyah terhadap kemampuan berbicara bahasa Arab.
b.      Teknik observasi
Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.
Seringkali orang juga mengartikan observasi sebagai suatu aktivitas yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap. Apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung. Di dalam artian penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar dan rekaman suara.[6]
c.       Teknik Dokumentasi
Dalam uraian tentang studi pendahuluan, telah disinggung pula bahwa sebagai objek yang diperhatikan (ditatap) dalam memperoleh informasi, kita memperhatikan tiga macam sumber yaitu tulisan, tempat, kertas atau orang. Dalam mengadakan penelitian yang bersumber pada tulisan inilah telah menggunakan metode dokumentasi.
Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peratuan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Bisa dikatakan teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. [7]
4.      Teknik analisa data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceriterakan kepada orang lain.[8]
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul.Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara triangulasi, ternyata hipotesis diterima maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.[9]
Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada  empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan  penggunaan:  sumber, metode, penyidik, dan teori.[10]Dalam penelitian ini, digunakan teknik triangulasi dengan sumber, berarti  membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.
Hal itu dapat dicapai peneliti dengan jalan: (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (b) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (d) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang  yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (e) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
  F.  Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan digunakan untuk mempermudah dan memberikan gambaran terhadap maksud yang terkandung dalam proposal ini, untuk memudahkan penyusunan proposal ini dibagi menjadi beberapa bab yang dilengkapi dengan pembahasan-pembahasan yang dipaparkan secara sistematis, yaitu:
Bab I: Pendahuluan yang berisi tinjauan secara global permasalahan yang dibahas, yaitu terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan dalam metode penelitian berisi Pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data dan sistematika pembahasan.
Bab II: Landasan teori atau kajian pustaka yang berfungsi untuk  menunjukkan keasliannya dalam penelitian.
Bab III: Temuan peneliti yang berisi gambaran umum lokasi penelitian dan deskripsi data.
Bab IV: Pembahasan yang akan membahas tentang Penerapan Bi’ah Arabiyah dalam Pembelajaran Bahasa Arab Santri Pondok Modern Babussalam.


                                                           BAB II
LINGKUNGAN BERBAHASA ARAB

1.      Pengertian Bi’ah
Bi’ah berasal dari bahasa arab yang artinya lingkungan. Menurut Ngalim purwanto yang dimaksud dengan lingkungan (environment) adalah meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita pertumbuhan, perkembangan atau life proses.[1]
Lingkungan bahasa adalah segala sesuatu yang didengar dan dilihat oleh pembelajar berkaitan dengan bahasa target yang sedang dipelajari. [2]
a.       Pembagian lingkungan pembelajaran bahasa
Dalam bukunya Ahmad Fuad Effendy, bahwa Krashen membagi lingkungan pembelajaran bahasa menjadi dua yaitu lingkungan formal dan lingkungan informal.
Lingkungan formal mencakup berbagai aspek pendidikan formal dan non formal, dan sebagian besar berada didalam kelas atau laboratorium. Sedangkan lingkungan formal yaitu memberikan pajanan komunikasi yang alamiah dan sebagian besar berada diluar kelas. Oleh karena itu, lingkungan informal ini memberikan lebih banyak wacana bahasa dari pada sistem bahasa.[3]
Keberhasilan seseorang dalam mempelajari bahasa dapat optimal bila lingkungan bahasa pun mendapat perhatian serius. Meskipun pelajaran dirancang dengan baik dan pemberian pengetahuan tatabahasa dilakukan secara intensif, belum tentu peaerta didik maupun terampil berbahasa kedua bila tidaktersedia data masukan yang berupa pemakainan bahasa yang baik dari  bahasa sasaran tersebut.[4]
Untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan studi tidak terlepas dari peran metode yang dipakai. Untuk menerapkan metode tersebut banyak hal yang berkaitan diantaranya faktor lingkungan peserta didik, sarana yang mendukung, situasi yang memadai atau tepat.
b.      Menciptakan lingkungan bahasa arab
Lingkungan bahasa yang paling dominan didalam pembelajaran bahasa arab di Indonesia, baik di Madrasah, sekolah, pesantren maupun diperguruan tinggi adalah lingkungan formal sedangkan lingkungan informalnya sangat terbatas untuk tidak mengatakan tidak ada.
Menurut Hemat penulis, untuk dapat menciptakan lingkungan bahasa di Madrasah, sekolah, pesantren, atau perguruan tinggi, ada beberapa prasarat yang harus dipenuhi.[5]
1.      Adanya sikap positif kepada bahasa arab dan komitmen yang kuat untuk memajukan pengajaran bahasa arab dari pihak-pihak yang terkait. seperti guru bahasa arab dan pimpinan lembaga.
2.      Adanya beberapa figur dilingkungan lembaga pendidikan yang mampu berkomunikasi dengan bahsa arab, jika tidak dimungkinkan adanya penutur asli yang berperan sebagai penggerak sekaligus tim kreatif untuk menciptakan lingkungan bahasa arab.
3.      Tersedianya alokasi dana yang memadai untuk pengadaan sarana prasarana yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan bahasa arab.
2.      Tinjauan tentang kemahiran berbicara
Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern termasuk bahasa arab.[6] Berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian, komunikasi timbal balik dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Faktor lain yang penting dalam menghidupkan kegiatan berbicara ialah keberanian murid dan perasaan tidak takut salah. Secara umum tujuan latihan berbicara untuk tingkat pemula dan menengah ialah agar siswa dapat berkomunikasi lisan secara sederhana dalam bahasa arab. Sedangkan tujuan akhir latihan pengucapan adalah kemampuan ekspresi yaitu mengemukakan ide/pikiran/pesan kepada orang lain. Keduanya merupakan syarat mutlak bagi sebuah komunikasi lisan yang efektif secara timbal balik.
Bisri Mustofa dan Abdul Hamid juga berpendapat sama bahwa Berbicara dengan bahasa asing merupakan keterampilan dasar yang menjadi tujuan dari beberapa tujuan pengajaran bahasa. Sebagaimana bicara adalah sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan orang lain.Kemampuan untuk menyusun kata-kata yang baik dan jelas mempunyai dampak yang besar dalam hidup manusia. Baik untuk mengungkapkan pikiran-pikirannya atau memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.[7]
Penekanan yang harus diberikan ketika melaksanakan pengajaran bahasa melalui kegiatan berbicara adalah efektivitas. Efektivitas atau keefektivitasan dalam berbicara terlihat jelas dalam kecekatan dan kecepatan mengutarakan buah pikiran dan perasaan, serta ketepatan dalam memilih kosakata dan kalimat yang sangat menarik (impresif), salah satu cara latihan yang dianggap efektif untuk dapat mencapai kemampuan berbahasa lisan dari hal yang paling sederhana hingga hal-hal yang rumit adalah berlatih menggunakan pola kalimat (bin namudzaj, patern drill).[8]
Untuk mencapai tahap kepandaian berkomunikasi diperlukan aktivitas-aktivitas latihan yang memadai yang mendukung. Aktivitas-aktivitas seperti itu bukan perkara mudah bagi pembelajaran bahasa, sebab harus tercipta dahulu lingkungan bahasa yang mengarahkan para pelajar ke arah sana. Dalam bukunya Acep Hermawan, Subyakto-nababan membagi aktivitas ini kedalam dua kategori, yaitu pra-komunikatif dan komunikatif.
a)      Latihan pra-komunikatif latihan yang dimaksudkan untuk membekali para pelajar tentang kemampuan-kemampuan dasar dalam bicara yang sangat diperlukan ketika terjun dilapangan seperti: latihan penerapan pola dialog, kosakata, kaidah, mimik muka, dan sebagainya. Ada beberapa teknik yang mungkin dilakukan dalam latihan pra-komunikatif, antara lain: dialog (al-hiwar), praktek pola (tathbiq al-namudzaj), dan karangan lisan (al-tarkib al-syafawi).
b)      Latihan komunikatif adalah latihan yang lebih mengandalkan kreativitas para pelajar dalam melakukan latihan. Beberapa aktivitas yang memungkinkan dilakukan dalam latihan komunikatif secara bertahap sebagai berikut: percakapan kelompok (al-hiwar al-jama:i), bermain peran (al tamtsil), praktek ungkapan sosial (tathbiq al-ta’birat al-ijtiamaiyyah), praktek lapangan (al-mumarosah fi-almujtama) probelm solving (hill al-musykilat). [9]



BAB III
PENERAPAN BIAH ARABIYAH DALAM PEMBELAJARAN  BAHASA ARAB SANTRI PONDOK MODERN BABUSSALAM

Bab ini mengulas hasil temuan di lapangan yang dilakukan melalui penelusuran dokumentasi tentang sejarah Pondok Modern Babussalam, pondok ini berdiri sejak 1986, yang dididirikan oleh bapak Hadi Martoyo BA, dan setelah beliau wafat, pondok ini diwakafkan pada yayasan, yang mana setelah pendiri pondok wafat Pimpinan Pondok Modern Babusaalam dipegang oleh bapak Ahmad Fauzani S.Ag. M.Pd.I, yang dimana beliau adalah Alumni Pondok Modern Darussalam, maka dari itu untuk kurikulumnya kita mengacu kepada Pondok Modern Darussalam dan untuk mempermudah memahami pelajaran Bahasa Arab maka kebijakan dari Pimpinan Pondok Modern Babussalam menciptakan bi’ah arabiyah untuk menunjang pembelajaran pelajaran yang berbasis Bahasa Arab.dan agar terbiasa berbahasa arab dan menambah kosa kata yang telah diberikan pada santri dapat diterapkan dalam keseharian santri dan santriwati.

A.    Penerapan biah arabiyah di Pondok Modern Babussalam
Dengan menyampaikan kosakata pada pagi hari dan malam hari, dan menggunakan kosakata dalam komunikasi sehari-hari dengan temannya baik formal maupun informal dapat menerapkan bi’ah arabiyah, Hal ini sebagaimana hasil wawancara berikut:
Usaha kami sebagai pengurus bahasa untuk menerapkan bia’ah arabiah yaitu dengan memberi kosakata terhadap santri dan santriwati pada waktu pagi dan malam hari, dan menghimbau santri dan santriwati untuk selalu menggunakan mufrodat byang telah disampaikan untuk berkomunikasi sehari-hari. Supaya santri terbiasa dengan ucapan bahasa asing yang dipelajarinya.[1]


B.     Peran biah Arabiyah di Pondok Modern Babussalam
Dan dengan adanya bi’ah arabiah di Pondok Modern Babussalam, santri dan santriwati dapat berbicara bahasa Arab dalam keseharian mereka, sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut:
Menurut saya dengan adanya bi’ah arabiah di Pondok Modern Babussalam ini, lingkungan sangat berperan penting dan dapat mempengaruhi kebiasaan santri dan santriwati dalam berbicara bahasa Arab.[2]
Dan adanya bi’ah arabiah ini sangat berperan penting karena lingkungan dapat mempengaruhi santri dan santriwati. kebiasaan santri dan santriwati dalam berbicara bahasa arab dan dapat mempermudah atau menunjang santri dan santriwati dalam memahami pelajaran yang berbahasa arab. Hal ini sebagaimana hasil wawancara berikut:
Dengan adanya bi’ah arabiah, ini dapat mempermudah saya dalam belajar materi yang berbahasa arab. Alasannya, apabila ada mufrodat di dalam kitab bahasa arab, saya sedikit-sedikit mengetahui arti dari kata/kalimat bahasa arab tersebut.[3]
Tidak semua santri dan santriwati menggunakan Bahasa Arab dalam keseharian dalam berkomunikasi, karena di periode ini berbicara bahasa arab di Pondondok Modern Babussalam sangat menurun. Dan inilah hasil wawancara sebagai berikut:
Menurut saya Tidak semua santri dan santriwati menggunakan Bahasa Arab dalam keseharian mereka. Karena di periode ini berbicara bahasa Arab di Pondok Modern babussalam sangat menurun.
Alasannya :
1.      Kurangnya jasusah dan sanksi dari bagian bahasa
2.      Kurangnya seorang figure berbahasa dari  dari kakak kelas (OSPM/pengurus) dan ust/ustadzahnya.
3.      Karena ada kesempatan berbahasa Indonesia[4]
Tidak selalu menggunakan bahasa arab, karena kadang-kadang lawan bicaranya belum tahu artinya, maka dari itu dia menggunakan bahasa Indonesia supaya lawan bicaranya mengerti. Dan apabila mau mengucapkan sesuatu lupa mufrodatnya sehingga dia menggunakan bahasa Indonesia.[5]
Untuk menciptakan suatu peran biah arabiah di Pondok Modern Babussalam adalah sebagai berikut:
1.      Menghimbau untuk santri dan santriwati, Mufrodat yang sudah dipelajari digunakan untuk berkomunikasi dalam keseharian mereka.
2.      Semua komponen yang berdomisili di Pondok sebaiknya diusahakan harus berkomunikasi menggunakan bahasa arab. Tidak hanya santi dan santriwatinya saja
3.      Lebih mengedepankan bahasa arab daripada bahasa Indonesia.
4.      Apabila ragu dalam berbicara dalam berbahasa arab sebaiknya membawa buku saku mufrodat
5.      Apabila tidak tahu artinya dari bahasa arab/bahasa indonesianya sebaiknya bertanya atau lihat kamus.
6.      Dan memberi sanksi kepada santri yang melanggar bahasa yaitu yang tidak menggunakan bahasa arab dalam berkomunikasi.
7.      Memberi motivasi kepada santri dan santriwati supaya berkomunikasi dengan menggunakan bahasa arab
8.      Menggunakan Mufrodat yang sudah dipelajari dalam berkomunikasi sehari-hari
Dan disamping itu ada kendala dalam menerapkan bi’ah arabiyah dalam berbicara bahasa arab, yaitu:
1.      Bagian bahasa memberi mufrodat tidak disesuaikan kelasnya, Misalnya kelas 1 diberi murodat “bom”, sedangkan untuk kelas satu tingkat mufrodatnya masih dasar seperti mufrodat untuk bahasa sehari-hari
2.      Kurangnnya pemahaman nahwu dan shorof 
3.      Teman yang tidak suka dengan bahasa arab dapat mempengaruhi teman yang lainnya dengan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia.
Dan salah satu factor dari adanya bi’ah arabiah di Pondok Modern Babussalam ini adalah pelajaran/materinya kebanyakan berbasis arab, dan dengan adanya bi’ah arabiah ini menjadi penunjang materi yang berbahasa arab.

BAB IV
ANALISIS DATA
1.      Teknik analisa data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceriterakan kepada orang lain.
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara triangulasi, ternyata hipotesis diterima maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori. [1]
Teknik analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles & Huberman dan Spradley. Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktifitas dalam analisis data, meliputi data reduction, data display dan conclusion. [2]
Selanjutnya menurut Spradley teknik analisis data disesuaikan dengan tahapan dalam penelitian. Pada tahap penjelajahan dengan teknik pengumpulan data grand tour question, analisis data dilakukan dengan analisis domain. Pada tahap menentukan fokus analisis data dilakukan dengan analisis taksonomi. Pada tahap selection, analisis data dilakukan dengan analisis komponensial. Selanjutnya untuk sampai menghasilkan judul dilakukan dengan analisis tema.
Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada  empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan  penggunaan:  sumber, metode, penyidik, dan teori.[3]Dalam penelitian ini, digunakan teknik triangulasi dengan sumber, berarti  membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.
Hal itu dapat dicapai peneliti dengan jalan: (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (b) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (d) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang  yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (e) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
A.    Peran bi’ah arabiyah terhadap kemampuan berbicara bahasa arab
Dengan adanya peran bia’ah arabiayah serta adanya dokterin mufrodat setiap hari kepada santri dan santriwati, dan dengan adanya lingkungan bahasa arab sangat berperan penting bagi santri dalam menggunakan bahasa arab untuk berkomunikasi, Berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian, komunikasi timbal balik dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Faktor lain yang penting dalam menghidupkan kegiatan berbicara ialah keberanian murid dan perasaan tidak takut salah. Secara umum tujuan latihan berbicara untuk tingkat pemula dan menengah ialah agar siswa dapat berkomunikasi lisan secara sederhana dalam bahasa arab. Sedangkan tujuan akhir latihan pengucapan adalah kemampuan ekspresi, yaitu mengemukakan ide/pikiran/pesan kepada orang lain. Keduanya merupakan syarat mutlak bagi sebuah komunikasi lisan yang tepat secara timbal balik.
dan lingkungan arabiyah dapat menunjang belajar santri dalam memahami pelajaran yang mengandung bahasa arab. Dan menurut analisis dari landasan teori bahwa penerapan bi’ah arabiah di Pondok Modern Babussalam belom efektif, karena masih ada santri dan santriwati yang tidak selalu menggunakan bahasa arab dalam berkomunikasi dan kurangnya figur dilingkungan lembaga pendidikan yang mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa arab. Dan belum memenuhi kriteria landasan teori, yaitu adanya sikap positif dan komitmen yang kuat dalam memajukan bahasa arab.

B.     Menciptakan lingkungan Bahasa Arab
Menurut Ngalim purwanto yang dimaksud dengan lingkungan (environment) adalah meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita pertumbuhan, perkembangan atau life proses.[4] Lingkungan bahasa adalah segala sesuatu yang didengar dan dilihat oleh pembelajar berkaitan dengan bahasa target yang sedang dipelajari. [5]
Dan adanya bi’ah arabiah ini sangat berperan penting karena lingkungan dapat mempengaruhi santri dan santriwati kebiasaan santri dan santriwati dalam berbicara bahasa arabdan dapat mempermudah atau menunjang santri dan santriwati dalam memahami pelajaran yang berbahasa arab. Lingkungan formal mencakup berbagai aspek pendidikan formal dan non formal, dan sebagian besar berada didalam kelas atau laboratorium. Sedangkan lingkungan formal yaitu memberikan pajanan komunikasi yang alamiah dan sebagian besar berada diluar kelas. Oleh karena itu, lingkungan informal ini memberikan lebih banyak wacana bahasa dari pada sistem bahasa.
Hasil penelitian di Pondok modern ini, bahwa disini bi’ah arabiah belom efektif bagi santri dan santriwati, karena dari komponen yang ada dipondok modern babussalam sendiri belom keseluruhan berkomunikasi menggunakan bahasa Arab. Karena sebagian mereka ada yang merasa nyaman dan suka berbahasa arab tanpa paksaan dan mereka sendiri ingin meningkatkan bahasa arab supaya mempermudah belajar pelajaran yang bebasis arab. dan tidak nyaman dengan adanya bi’ah arabiyah karena mereka lebih condong menyukai bahasa inggris daripada bahasa arab. Ada yang beranggapan bahwa belajar bahasa arab lebih sulit daripada belajar bahasa inggris. Dan untuk menciptakan lingkungan bahasa arab yaitu sebagai berikut:
1.      Menghimbau untuk santri dan santriwati, Mufrodat yang sudah dipelajari digunakan untuk berkomunikasi dalam keseharian mereka.
2.      Semua komponen yang berdomisili di Pondok dengan berkomunikasi menggunakan bahasa arab. Tidak hanya santi dan santriwatinya saja
3.      Lebih mengedepankan bahasa arab daripada bahasa Indonesia
4.      Apabila ragu dalam berbicara dalam berbahasa arab sebaiknya membawa buku saku mufrodat
5.      Apabila tidak tahu artinya dari bahasa arab/bahasa indonesianya sebaiknya bertanya atau lihat kamus.
6.      Dan memberi sanksi kepada santri yang melanggar bahasa yaitu yang tidak menggunakan bahasa arab dalam berkomunikasi.
7.      Memberi motivasi kepada santri dan santriwati supaya berkomunikasi dengan menggunakan bahasa arab
8.      Menggunakan Mufrodat yang sudah dipelajari dalam berkomunikasi sehari-hari
9.      Semua komponen yang berdomisili di Pondok dengan berkomunikasi menggunakan bahasa arab. Tidak hanya santi dan santriwatinya saja
10.  Lebih mengedepankan bahasa arab daripada bahasa Indonesia

C.     Factor pendukung dan penghambat dalam meciptakan peran lingkungan bahasa yang kondusif
Disini menurut analisis peneliti dari beberapa wawancara dengan bagian bahasa dan beberapa santri dan santriwati, ada Beberapa factor yang mendukung dalam meciptakan bi’ah arabiyah di Pondok Modern Babussalam yaitu;
1.       pelajaran/materinya kebanyakan berbasis arab,
2.      dan dengan adanya bi’ah arabiah ini menjadi penunjang materi yang berbahasa arab.
3.      Mempermudah santri dan santriwati memahami atau mempelajari Al-Quran.
Dan beberapa factor yang menghambat dalam menciptakan bi’ah arabiyah di Pondok Modern Babussalam, antara lain;
1.      Bagian bahasa memberi mufrodat tidak disesuaikan kelasnya,Misalnya kelas 1 diberi murodat “bom”, sedangkan untuk kelas satu tingkat mufrodatnya msh dasar seperti mufrodat untuk bahasa sehari-hari contonya isim yang ada disekitar mereka
2.      Kurangnnya pemahaman nahwu dan shorof 
3.      Teman yang tidak suka dengan bahasa arab dapat mempengaruhi teman yang lainnya dengan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia.
4.      Kurangnya ketanggapan atau kesadaran dalam berbahasa arab

                                                                          

                                                                             BAB V
PENUTUP
  
     A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan bi’ah arabiyah dalam pembelajaran bahasa arab kurang memuaskan, dilihat dari factor penghambat dalam menciptakan bi’ah, kemudian dalam periode ini bicara bahasa arab dipondok modern Babussalam sangat menurun. alasanya tidak semua komponen yang ada dalam Pondok Modern menggunakan bahasa arab, selain itu kurangnya kesadaran dalam menggunakan bahasa arab, kurangnya jasusah dan sanksi dari bagian bahasa, kurangnya seorang figure berbahasa dari kakak kelas(OSPM/pengurus) dan ust/ustdzahnya. Disamping itu bi’ah arabiyah dapat memudahkan bagi santri dan santriwati dalam memahami pelajaran yang berbasis arab.

     B.   Saran
Beberapa saran atau rekomendasi yang bisa diberikan dari temuan-temuan penelitian ini antara lain;
1.      Hendaknya tidak hanya anggota yang diberi jasusah, tetapi kakak kelas (OSPM/pengurus) juga diberi jasusah supaya kakak kelas tidak ada kesempatan untuk berbicara bahasa Indonesia dan sebagai contoh bagi anggota-anggotanya
2.      Hendaknya untuk kelas awal atau pemula diberi mufrodat yang ada disekitarnya dan kemudian dikembangkan dalam pelajaran Insya’(mengarang bahasa Arab)
3.      Untuk mempermudah memahami/mengahafal nahwu shorof hendaknya diberi pelajaran tambahan seperti imriti dan alfiah.

Beberapa saran dan rekomendasi ini jika dipenuhi akan dapat meningkatkan penerapan bi’ah arabiah dalam pembelajaran bahasa arab santri dan santriwati di Pondok Modern Babussalam tahun pelajaran 2016-2017.




BAB I
[1]Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat, 2004), 10-11.
[2]Ahmad Fuad Efendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat, 2009), 205-206.
[3] Isskandarwassid, Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), 106.
[4] Emzir, Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 18.
[5] Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2003), I80.
[6] Jonathan Sarwono, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006), 56.
[7] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : Renika Cipta, 2006), I49.
            [8] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, 334.              
[9] Ibid., 335
[10] Ibid., 178.

_________________________
BAB II
 [1] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Rosdakarya, 2000), 28.
[2]Ahmad Fuad Effendi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, 207.
[3] Ibid. 208.
[4]Isskandarwassid, Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, 107.
[5]Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, 207-209.
[6] Ibid. 210.
[7]Bisri Mustofa dan Abdul Hamid, Metode & Strategi Pembelajaran Bahasa Arab (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2011), 88.
[8] Ahmand Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: Humaniora, 2011), 137.
[9]Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),137-142. 
______________________________
BAB III
[1] Lihat ditranskip wawancara kode 01/WA/XII-2016
[2] Lihat ditranskip wawancara kode 02/WA/XII-2016                              
[3] Lihat ditranskip wawancara kode 02/WA/XII-2016
[4] Lihat ditranskip wawancara kode 03/WA/XII-2016
[5]Lihat ditranskip wawancara kode 03/WA/XII-2016
 ______________________
BAB IV
 [1] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, 335
[2]Bogdan dan Biklen,  Qualitative Research for Education, An introduction to theory and methods (Boston: Allyn and Bacon, 1982), 180.
[3] Ibid., 178.
[4] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan(Bandung: Rosdakarya, 2000), 28.
[5]Ahmad Fuad Effendi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, 207. 

Pengertian Memori atau Ingatan - Psikologi Pendidikan