PENERAPAN
BI’AH ARABIYAH DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB SANTRI PONDOK MODERN BABUSSALAM
LAPORAN HASIL PENELITIAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Metodologi
Penelitian”
Oleh:
DZIKRI ANNAHYAN
(210514067)
Kelas/
Semester: TA.B/ V
Dosen
Pengampu:
EVI
MUAFIAH M. Ag
FAKULTAS
TARBIYAH
PRODI
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
DESEMBER 2016
______________________________________________________________________________
ABSTRAK
Lingkungan yang
berpengaruh terhadap proses belajar bahasa dikelompokkan dalam dua kategori
umum yaitu lingkungan kelas yang sengaja diciptakan untuk membantu peserta didik
belajar bahasa dan lingkungan bahasa diluar kelas yang hadir secara alamiah.
Yang Kaitannya dengan uraian tadi, dari hasil observasi
lapangan dan wawancara peneliti dengan pengurus bahasa dan santri bahwa
pembelajaran bahasa arab dengan menghidupkan suasana lingkungan bahasa merupakan
cara yang tepat dan cepat dalam mencapai hasil pembelajaran bahasa, dewasa ini
berbagai metode yang dikembangkan namun hasil yang maksimal belum didapatkan,
untuk itu bi^ah lugawiyah merupakan alternative dalam
pembelajaran bahasa Arab sebagai alat komunikatif.
Penelitian ini akan mengkaji Bagaimana Peran bi’ah arabiyah
terhadap kemampuan berbicara bahasa arab santri dan Bagaimana menciptakan
lingkungan bahasa (bi’ah al-lughah ‘arabiyah) yang efektif, lalu Apa
faktor pendukung dan penghambat dalam menciptakan lingkungan bahasa (bi’ah
al-lughah ‘arabiyah) yang efektif.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, yang berfokus
pada guru dan santri. Yang berobjek di Pondok Modern Babussalam. Penggalian data ini menggunakan wawancara dan observasi sebagai cara untuk memperoleh
informasi.
Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwasannya peran
bi’ah arabiyah terhadap kemampuan berbicara bahasa arab kurang memuaskan,
dilihat dari factor penghambat dalam menciptakan bi’ah dan dalam periode ini berbicara
bahasa arab dipondok Modern Babussalam sangat menurun. alasanya tidak semua
komponen yang ada dalam Pondok Modern menggunakan bahasa arab, arabiyah
kurangnya kesadaran dalam menggunakan bahasa arab, kurangnya jasusah dan sanksi
dari bagian bahasa, kurangnya seorang figure berbahasa dari kakak
kelas(OSPM/Pengurus) dan Ust/Ustdzahnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Penganut madzhab behaviorisme dalam pembelajaran adalah “faktor-faktor
eksternal dan bahwa merekayasa lingkungan pembelajaran adalah cara efektif untuk
mencapai tujuan.[1]
Dalam dunia belajar
mengajar bahasa, dikenal istilah pemerolehan bahasa (ta’allum
al-lughah-language learning). Pemerolehan adalah proses penguasaan bahasa
kedua secara alamiah melalui bawah sadar dengan cara berkomunikasi langsung
dengan orang-orang yang menggunakan bahasa tersebut. Sedangkan belajar adalah
proses penguasaan bahasa, terutama kaidah-kaidahnya, secara sadar sebagai
akibat dari pengajaran oleh guru atau hasil belajar secara mandiri.[2]
Lingkungan yang
berpengaruh terhadap proses belajar bahasa dikelompokkan dalam dua kategori
umum yaitu lingkungan kelas yang sengaja diciptakan untuk membantu peserta didik
belajar bahasa dan lingkungan bahasa diluar kelas yang hadir secara alamiah.
Yang dimaksud dengan diluar kelas adalah
segala hal yang didengar dan diamati oleh peserta didik sehubungan dengan bahasa
kedua yang sedang dipelajarinya.[3]
Kaitannya dengan uraian tadi, dari hasil observasi
lapangan dan wawancara peneliti dengan pengurus bahasa dan santri bahwa
pembelajaran bahasa arab dengan menghidupkan suasana lingkungan bahasa merupakan
cara yang tepat dan cepat dalam mencapai hasil pembelajaran bahasa, dewasa ini
berbagai metode yang dikembangkan namun hasil yang maksimal belum didapatkan,
untuk itu bi’ah lugawiyah merupakan alternative dalam
pembelajaran bahasa Arab sebagai alat komunikatif.
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, maka peneliti mengambil judul “Penerapan Bi’ah Arabiyah dalam Pembelajaran Bahasa Arab Santri Pondok Modern Babussalam”.
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1.
Bagaimana
upaya menciptakan lingkungan bahasa (Bi’ah al-lughah ‘arabiyah) yang
baik di Pondok Modern babussalam?
2. Apa faktor penghambat dalam menciptakan lingkungan bahasa (bi’ah
al-lughah ‘arabiyah) di Pondok Modern Babussalam?
3.
Bagaimana
upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi hambatan dalam menciptakan lingkungan
bahasa (bi’ah al-lughah ‘arabiyah) di Pondok Modern Babussalam?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan Masalah yang
disebutkan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:
1.
Untuk
mengetahui upaya-upaya dalam menciptakan lingkungan bahasa yang baik di Pondok
Modern Babussalam
2.
Untuk
mengetahui faktor penghambat dalam menciptakan lingkungan bahasa (bi’ah
al-lughah ‘arabiyah) di Pondok Modern
Babussalam
3. Untuk mengetahui mengatasi hambatan dalam menciptakan lingkungan
bahasa (bi’ah al-lughah ‘arabiyah) di Pondok Modern Babussalam
D.
Manfaat Penelitian
1.
Secara
teoritis
Secara
teoritis dari hasil penelitian ini akan ditemukan konsep lingkungan bahasa yang
efektif guna meningkatkan kemampuan berbicara bahasa arab dalam pembelajaran
bahasa arab.
2.
Secara
praktis
Sebagai
masukan dan sumbangan fikiran dalam menciptakan lingkungan bahasa (bi’ah
al-lughah arabiyah) yang tepat dalam pembelajaran bahasa arab di PONDOK
MODERN BABUSSALAM khususnya dan pada lembaga lain pada umumnya.
E.
Metode Penelitian
1.
Jenis
penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metodologi
penelitian dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural
setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih
dipentingkan dari pada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung
dilakukan secara analisa induktif, dan
makna merupakan hal yang esensial. Ada beberapa jenis metodologi
penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif yaitu
mencakup penelitian etnografi, studi kasus, fenomenologi, teori grounded dan biografi atau naratif.[4]
Dan dalam hal
ini, jenis penelitian yang digunakan adalah study Kasus, merupakan suatu
penelitian kualitatif yang berusaha menemukan makna, menyelidiki proses dan
memperoleh pengertian serta pengalaman yang mendalam dari individu, kelompok
atau situasi.
2.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah PONDOK MODERN BABUSSALAM. Dengan alasan bahwa di dalam lembaga tersebut terdapat
pembinaan dan pengembangan bahasa asing (arab dan inggris) secara intensif dan
menjadikannya bahasa resmi dipondok pesantren.
3.
Sumber
Data
Sumber data utama
dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan
seperti dokumen dan lainnya. Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini
adalah: kata-kata dan tindakan sebagai sumber data utama, sedangkan sumber data tertulis adalah sebagai sumber
data tambahan.
4.
Teknik pengumpulan data
a.
Tehnik wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Cara
melakukan wawancara ialah mirip dengan kita jika sedang melakukan pembicaraan
dengan lawan bicara kita, wawancara dimulai dengan mengemukakan topic yang umum
untuk membantu penelitian memahami perspektif makna yang diwawancari.[5]
Hal
ini sesuai dengan asumsi dasar penelitian kualitatif, bahwa jawaban yang
diberikan harus dapat memberikan perspektif yang diteliti bukan sebaliknya,
yaitu perspektif dari penelitian sendiri.
Dalam
penelitian ini orang-orang yang akan diwawancarai adalah:
1.
Ketua Bahasa yaitu untuk memperoleh
informasi tentang peran bi’ah lughah arabiyah.
2.
Pihak pengajaran untuk memperoleh
data tentang factor pendukung dan
penghambat pembelajaran bahasa Arab.
3.
Para santri untuk
memperoleh informasi tentang tanggapan dari diadakannya bi’ah al-lughah
arabiyah terhadap kemampuan berbicara bahasa Arab.
b.
Teknik observasi
Observasi
adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat
secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.
Seringkali
orang juga mengartikan observasi sebagai suatu aktivitas yang sempit, yakni
memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Di dalam pengertian psikologik,
observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan
perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi,
mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran,
peraba dan pengecap. Apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan
langsung. Di dalam artian penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes,
kuesioner, rekaman gambar dan rekaman suara.[6]
c.
Teknik Dokumentasi
Dalam
uraian tentang studi pendahuluan, telah disinggung pula bahwa sebagai objek
yang diperhatikan (ditatap) dalam memperoleh informasi, kita memperhatikan tiga
macam sumber yaitu tulisan, tempat, kertas atau orang. Dalam mengadakan
penelitian yang bersumber pada tulisan inilah telah menggunakan metode
dokumentasi.
Dokumentasi
dari asal katanya dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam
melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis
seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peratuan, notulen rapat, catatan
harian, dan sebagainya. Bisa dikatakan teknik pengumpulan data dengan
dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. [7]
4.
Teknik analisa data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan
lain, sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang
dapat diceriterakan kepada orang lain.[8]
Analisis
data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data
yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi
hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut,
selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya
dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan
data yang terkumpul.Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara
triangulasi, ternyata hipotesis diterima maka hipotesis tersebut berkembang
menjadi teori.[9]
Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu. Ada empat macam
triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan:
sumber, metode, penyidik, dan teori.[10]Dalam penelitian ini,
digunakan teknik triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam metode kualitatif.
Hal itu dapat dicapai peneliti dengan jalan:
(a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (b)
membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan
secara pribadi, (c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang
situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (d)
membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang yang berpendidikan
menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (e) membandingkan hasil
wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
F.
Sistematika Pembahasan
Sistematika
pembahasan digunakan untuk mempermudah dan memberikan gambaran terhadap maksud
yang terkandung dalam proposal ini, untuk memudahkan penyusunan proposal ini
dibagi menjadi beberapa bab yang dilengkapi dengan pembahasan-pembahasan yang
dipaparkan secara sistematis, yaitu:
Bab I: Pendahuluan
yang berisi tinjauan secara global permasalahan yang dibahas, yaitu terdiri
dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metode penelitian dan dalam metode penelitian berisi Pendekatan dan
jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,
analisis data dan sistematika pembahasan.
Bab II: Landasan
teori atau kajian pustaka yang berfungsi untuk menunjukkan keasliannya dalam penelitian.
Bab III: Temuan
peneliti yang berisi gambaran umum lokasi penelitian dan deskripsi data.
Bab IV: Pembahasan
yang akan membahas tentang Penerapan Bi’ah Arabiyah dalam Pembelajaran Bahasa
Arab Santri Pondok Modern Babussalam.
BAB II
LINGKUNGAN BERBAHASA ARAB
1.
Pengertian Bi’ah
Bi’ah
berasal dari bahasa arab yang artinya lingkungan. Menurut Ngalim purwanto yang
dimaksud dengan lingkungan (environment) adalah meliputi semua kondisi
dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita
pertumbuhan, perkembangan atau life proses.[1]
Lingkungan
bahasa adalah
segala sesuatu yang didengar dan dilihat oleh pembelajar berkaitan dengan bahasa
target yang sedang dipelajari. [2]
a. Pembagian lingkungan pembelajaran bahasa
Dalam
bukunya Ahmad Fuad Effendy, bahwa Krashen membagi lingkungan pembelajaran
bahasa menjadi dua yaitu lingkungan formal dan lingkungan informal.
Lingkungan
formal mencakup berbagai aspek pendidikan formal dan non formal, dan sebagian
besar berada didalam kelas atau laboratorium. Sedangkan lingkungan formal yaitu
memberikan pajanan komunikasi yang alamiah dan sebagian besar berada diluar
kelas. Oleh karena itu, lingkungan informal ini memberikan lebih banyak wacana
bahasa dari pada sistem bahasa.[3]
Keberhasilan
seseorang dalam mempelajari bahasa dapat optimal bila lingkungan bahasa pun
mendapat perhatian serius. Meskipun pelajaran dirancang dengan baik dan
pemberian pengetahuan tatabahasa dilakukan secara intensif, belum tentu peaerta
didik maupun terampil berbahasa kedua bila tidaktersedia data masukan yang
berupa pemakainan bahasa yang baik dari
bahasa sasaran tersebut.[4]
Untuk
memperoleh kesuksesan dan keberhasilan studi tidak terlepas dari peran metode
yang dipakai. Untuk menerapkan metode tersebut banyak hal yang berkaitan
diantaranya faktor lingkungan peserta didik, sarana yang mendukung, situasi
yang memadai atau tepat.
b. Menciptakan lingkungan bahasa arab
Lingkungan
bahasa yang paling dominan didalam pembelajaran bahasa arab di Indonesia, baik
di Madrasah, sekolah, pesantren maupun diperguruan tinggi adalah lingkungan
formal sedangkan lingkungan informalnya sangat terbatas untuk tidak mengatakan
tidak ada.
Menurut
Hemat penulis, untuk dapat menciptakan lingkungan bahasa di Madrasah, sekolah,
pesantren, atau perguruan tinggi, ada beberapa prasarat yang harus dipenuhi.[5]
1.
Adanya
sikap positif kepada bahasa arab dan komitmen yang kuat untuk memajukan
pengajaran bahasa arab dari pihak-pihak yang terkait. seperti guru bahasa arab
dan pimpinan lembaga.
2.
Adanya
beberapa figur dilingkungan lembaga pendidikan yang mampu berkomunikasi dengan
bahsa arab, jika tidak dimungkinkan adanya penutur asli yang berperan sebagai
penggerak sekaligus tim kreatif untuk menciptakan lingkungan bahasa arab.
3.
Tersedianya
alokasi dana yang memadai untuk pengadaan sarana prasarana yang diperlukan
untuk menciptakan lingkungan bahasa arab.
2.
Tinjauan tentang kemahiran berbicara
Kemahiran
berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai
dalam pengajaran bahasa modern termasuk bahasa arab.[6]
Berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian, komunikasi
timbal balik dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Faktor lain yang penting
dalam menghidupkan kegiatan berbicara ialah keberanian murid dan perasaan tidak
takut salah. Secara umum tujuan latihan berbicara untuk tingkat pemula dan
menengah ialah agar siswa dapat berkomunikasi lisan secara sederhana dalam
bahasa arab. Sedangkan tujuan akhir latihan pengucapan adalah kemampuan
ekspresi yaitu mengemukakan ide/pikiran/pesan kepada orang lain. Keduanya
merupakan syarat mutlak bagi sebuah komunikasi lisan yang efektif secara timbal
balik.
Bisri
Mustofa dan Abdul Hamid juga berpendapat sama bahwa Berbicara dengan bahasa
asing merupakan keterampilan dasar yang menjadi tujuan dari beberapa tujuan
pengajaran bahasa. Sebagaimana bicara adalah sebagai sarana untuk berkomunikasi
dengan orang lain.Kemampuan untuk menyusun kata-kata yang baik dan jelas
mempunyai dampak yang besar dalam hidup manusia. Baik untuk mengungkapkan
pikiran-pikirannya atau memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.[7]
Penekanan
yang harus diberikan ketika melaksanakan pengajaran bahasa melalui kegiatan
berbicara adalah efektivitas. Efektivitas atau keefektivitasan dalam berbicara
terlihat jelas dalam kecekatan dan kecepatan mengutarakan buah pikiran dan
perasaan, serta ketepatan dalam memilih kosakata dan kalimat yang sangat
menarik (impresif), salah satu cara latihan yang dianggap efektif untuk dapat
mencapai kemampuan berbahasa lisan dari hal yang paling sederhana hingga
hal-hal yang rumit adalah berlatih menggunakan pola kalimat (bin namudzaj,
patern drill).[8]
Untuk
mencapai tahap kepandaian berkomunikasi diperlukan aktivitas-aktivitas latihan
yang memadai yang mendukung. Aktivitas-aktivitas seperti itu bukan perkara
mudah bagi pembelajaran bahasa, sebab harus tercipta dahulu lingkungan bahasa
yang mengarahkan para pelajar ke arah sana. Dalam bukunya Acep Hermawan, Subyakto-nababan
membagi aktivitas ini kedalam dua kategori, yaitu pra-komunikatif dan komunikatif.
a)
Latihan
pra-komunikatif latihan yang dimaksudkan untuk membekali para pelajar tentang
kemampuan-kemampuan dasar dalam bicara yang sangat diperlukan ketika terjun
dilapangan seperti: latihan penerapan pola dialog, kosakata, kaidah, mimik
muka, dan sebagainya. Ada beberapa teknik yang mungkin dilakukan dalam latihan
pra-komunikatif, antara lain: dialog (al-hiwar), praktek pola (tathbiq
al-namudzaj), dan karangan lisan (al-tarkib al-syafawi).
b)
Latihan
komunikatif adalah latihan yang lebih mengandalkan kreativitas para pelajar
dalam melakukan latihan. Beberapa aktivitas yang memungkinkan dilakukan dalam
latihan komunikatif secara bertahap sebagai berikut: percakapan kelompok (al-hiwar
al-jama:i), bermain peran (al tamtsil), praktek ungkapan sosial (tathbiq
al-ta’birat al-ijtiamaiyyah), praktek lapangan (al-mumarosah
fi-almujtama) probelm solving (hill al-musykilat). [9]
BAB III
PENERAPAN BIAH ARABIYAH DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB SANTRI PONDOK MODERN
BABUSSALAM
Bab ini mengulas hasil temuan di lapangan yang
dilakukan melalui penelusuran dokumentasi tentang sejarah Pondok Modern
Babussalam, pondok ini berdiri sejak 1986, yang dididirikan oleh bapak Hadi
Martoyo BA, dan setelah beliau wafat, pondok ini diwakafkan pada yayasan, yang
mana setelah pendiri pondok wafat Pimpinan Pondok Modern Babusaalam dipegang
oleh bapak Ahmad Fauzani S.Ag. M.Pd.I, yang dimana beliau adalah Alumni Pondok
Modern Darussalam, maka dari itu untuk kurikulumnya kita mengacu kepada Pondok
Modern Darussalam dan untuk mempermudah memahami pelajaran Bahasa Arab maka
kebijakan dari Pimpinan Pondok Modern Babussalam menciptakan bi’ah arabiyah
untuk menunjang pembelajaran pelajaran yang berbasis Bahasa Arab.dan agar
terbiasa berbahasa arab dan menambah kosa kata yang telah diberikan pada santri
dapat diterapkan dalam keseharian santri dan santriwati.
A. Penerapan biah arabiyah di Pondok Modern
Babussalam
Dengan menyampaikan kosakata pada pagi hari dan malam
hari, dan menggunakan kosakata dalam komunikasi sehari-hari dengan temannya
baik formal maupun informal dapat menerapkan bi’ah arabiyah, Hal ini sebagaimana hasil wawancara berikut:
Usaha kami sebagai pengurus bahasa
untuk menerapkan bia’ah arabiah yaitu dengan memberi kosakata terhadap santri
dan santriwati pada waktu pagi dan malam hari, dan menghimbau santri dan
santriwati untuk selalu menggunakan mufrodat byang telah disampaikan untuk
berkomunikasi sehari-hari. Supaya santri terbiasa dengan ucapan bahasa asing
yang dipelajarinya.[1]
B.
Peran biah Arabiyah di
Pondok Modern Babussalam
Dan dengan
adanya bi’ah arabiah di Pondok Modern Babussalam, santri dan santriwati dapat
berbicara bahasa Arab dalam keseharian mereka, sebagaimana hasil wawancara
sebagai berikut:
Menurut saya dengan adanya bi’ah arabiah di
Pondok Modern Babussalam ini, lingkungan sangat berperan
penting dan dapat mempengaruhi kebiasaan santri dan santriwati dalam berbicara
bahasa Arab.[2]
Dan
adanya bi’ah arabiah ini sangat berperan penting karena lingkungan dapat
mempengaruhi santri dan santriwati.
kebiasaan santri dan santriwati dalam berbicara bahasa arab dan
dapat mempermudah atau menunjang santri dan santriwati dalam memahami pelajaran
yang berbahasa arab. Hal ini sebagaimana hasil wawancara berikut:
Dengan adanya bi’ah arabiah, ini dapat mempermudah
saya dalam belajar materi yang berbahasa arab. Alasannya,
apabila ada mufrodat di dalam kitab bahasa arab, saya sedikit-sedikit
mengetahui arti dari kata/kalimat bahasa arab tersebut.[3]
Tidak semua
santri dan santriwati menggunakan Bahasa Arab dalam keseharian dalam berkomunikasi,
karena di periode ini berbicara bahasa arab di Pondondok Modern Babussalam
sangat menurun. Dan inilah hasil wawancara sebagai berikut:
Menurut saya Tidak semua santri dan
santriwati menggunakan Bahasa Arab dalam keseharian mereka. Karena di periode
ini berbicara bahasa Arab di Pondok Modern babussalam sangat menurun.
Alasannya :
1. Kurangnya jasusah dan sanksi dari bagian bahasa
2. Kurangnya seorang figure berbahasa dari dari kakak kelas (OSPM/pengurus) dan
ust/ustadzahnya.
3. Karena ada kesempatan berbahasa Indonesia[4]
Tidak selalu menggunakan bahasa
arab, karena kadang-kadang lawan bicaranya belum tahu artinya, maka dari itu dia menggunakan bahasa
Indonesia supaya lawan bicaranya mengerti. Dan apabila mau mengucapkan sesuatu
lupa mufrodatnya sehingga dia menggunakan bahasa Indonesia.[5]
Untuk menciptakan suatu peran biah arabiah di Pondok
Modern Babussalam adalah sebagai berikut:
1.
Menghimbau untuk santri dan santriwati, Mufrodat yang sudah
dipelajari digunakan untuk berkomunikasi dalam keseharian mereka.
2.
Semua komponen yang berdomisili di Pondok sebaiknya diusahakan harus berkomunikasi menggunakan bahasa arab. Tidak hanya santi dan
santriwatinya saja
3.
Lebih mengedepankan bahasa arab daripada bahasa Indonesia.
4.
Apabila ragu dalam berbicara dalam berbahasa arab sebaiknya membawa
buku saku mufrodat
5.
Apabila tidak tahu artinya dari bahasa arab/bahasa indonesianya
sebaiknya bertanya atau lihat kamus.
6.
Dan memberi sanksi kepada santri yang melanggar bahasa yaitu yang
tidak menggunakan bahasa arab dalam berkomunikasi.
7.
Memberi motivasi kepada santri dan santriwati supaya berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa arab
8.
Menggunakan Mufrodat yang sudah dipelajari dalam berkomunikasi
sehari-hari
Dan disamping
itu ada kendala dalam menerapkan bi’ah arabiyah dalam berbicara bahasa arab,
yaitu:
1.
Bagian bahasa memberi mufrodat tidak disesuaikan kelasnya, Misalnya
kelas 1 diberi murodat “bom”, sedangkan untuk kelas satu tingkat mufrodatnya masih
dasar seperti mufrodat untuk bahasa sehari-hari
2.
Kurangnnya pemahaman nahwu dan shorof
3.
Teman yang tidak suka dengan bahasa arab dapat mempengaruhi teman
yang lainnya dengan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia.
Dan salah satu
factor dari adanya bi’ah arabiah di Pondok Modern Babussalam ini adalah
pelajaran/materinya kebanyakan berbasis arab, dan dengan adanya bi’ah arabiah
ini menjadi penunjang materi yang berbahasa arab.
BAB IV
ANALISIS DATA
1.
Teknik
analisa data
Analisis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami dan
temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan
dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceriterakan kepada orang lain.
Analisis data kualitatif adalah
bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh,
selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis.
Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya
dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat
disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data
yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara
triangulasi, ternyata hipotesis diterima maka hipotesis tersebut berkembang
menjadi teori. [1]
Teknik analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis
data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles & Huberman dan
Spradley. Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus
pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai
jenuh. Aktifitas dalam analisis data, meliputi data reduction, data display dan
conclusion. [2]
Selanjutnya menurut Spradley teknik
analisis data disesuaikan dengan tahapan dalam penelitian. Pada tahap
penjelajahan dengan teknik pengumpulan data grand tour
question, analisis data dilakukan dengan analisis
domain. Pada tahap menentukan fokus analisis data dilakukan dengan analisis
taksonomi. Pada tahap selection,
analisis data dilakukan dengan analisis komponensial. Selanjutnya untuk sampai
menghasilkan judul dilakukan dengan analisis tema.
Teknik
triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Ada empat
macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan:
sumber, metode, penyidik, dan teori.[3]Dalam
penelitian ini, digunakan teknik triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam metode kualitatif.
Hal itu dapat
dicapai peneliti dengan jalan: (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan
data hasil wawancara, (b) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (c) membandingkan apa yang dikatakan
orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang
waktu, (d) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (e) membandingkan hasil wawancara dengan isi
suatu dokumen yang berkaitan.
A.
Peran bi’ah arabiyah terhadap kemampuan berbicara bahasa arab
Dengan adanya peran bia’ah
arabiayah serta adanya dokterin mufrodat setiap hari kepada santri dan
santriwati, dan dengan adanya lingkungan bahasa arab sangat berperan penting
bagi santri dalam menggunakan bahasa arab untuk berkomunikasi, Berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian,
komunikasi timbal balik dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Faktor lain
yang penting dalam menghidupkan kegiatan berbicara ialah keberanian murid dan
perasaan tidak takut salah. Secara umum tujuan latihan berbicara untuk tingkat
pemula dan menengah ialah agar siswa dapat berkomunikasi lisan secara sederhana
dalam bahasa arab. Sedangkan tujuan akhir latihan pengucapan adalah kemampuan
ekspresi, yaitu mengemukakan ide/pikiran/pesan kepada orang lain. Keduanya
merupakan syarat mutlak bagi sebuah komunikasi lisan yang tepat secara timbal
balik.
dan lingkungan arabiyah
dapat menunjang belajar santri dalam memahami pelajaran yang mengandung bahasa
arab. Dan menurut analisis dari landasan teori bahwa penerapan bi’ah arabiah di
Pondok Modern Babussalam belom efektif, karena masih ada santri dan santriwati
yang tidak selalu menggunakan bahasa arab dalam berkomunikasi dan kurangnya
figur dilingkungan lembaga pendidikan yang mampu berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa arab. Dan belum memenuhi kriteria landasan teori, yaitu
adanya sikap positif dan komitmen yang kuat dalam memajukan bahasa arab.
B.
Menciptakan lingkungan Bahasa Arab
Menurut Ngalim
purwanto yang dimaksud dengan lingkungan (environment) adalah meliputi
semua kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi
tingkah laku kita pertumbuhan, perkembangan atau life proses.[4] Lingkungan
bahasa adalah
segala sesuatu yang didengar dan dilihat oleh pembelajar berkaitan dengan
bahasa target yang sedang dipelajari. [5]
Dan adanya
bi’ah arabiah ini sangat berperan penting karena lingkungan dapat mempengaruhi
santri dan santriwati kebiasaan santri dan santriwati dalam berbicara bahasa
arabdan dapat mempermudah atau menunjang santri dan santriwati dalam memahami
pelajaran yang berbahasa arab. Lingkungan
formal mencakup berbagai aspek pendidikan formal dan non formal, dan sebagian
besar berada didalam kelas atau laboratorium. Sedangkan lingkungan formal yaitu
memberikan pajanan komunikasi yang alamiah dan sebagian besar berada diluar
kelas. Oleh karena itu, lingkungan informal ini memberikan lebih banyak wacana
bahasa dari pada sistem bahasa.
Hasil penelitian
di Pondok modern ini, bahwa disini bi’ah arabiah belom efektif bagi santri dan
santriwati, karena dari komponen yang ada dipondok modern babussalam sendiri
belom keseluruhan berkomunikasi menggunakan bahasa Arab. Karena sebagian mereka
ada yang merasa nyaman dan suka berbahasa arab tanpa paksaan dan mereka sendiri
ingin meningkatkan bahasa arab supaya mempermudah belajar pelajaran yang
bebasis arab. dan tidak nyaman dengan adanya bi’ah arabiyah karena mereka lebih
condong menyukai bahasa inggris daripada bahasa arab. Ada yang beranggapan
bahwa belajar bahasa arab lebih sulit daripada belajar bahasa inggris. Dan
untuk menciptakan lingkungan bahasa arab yaitu sebagai berikut:
1.
Menghimbau
untuk santri dan santriwati, Mufrodat yang sudah dipelajari digunakan untuk
berkomunikasi dalam keseharian mereka.
2.
Semua
komponen yang berdomisili di Pondok dengan berkomunikasi menggunakan bahasa
arab. Tidak hanya santi dan santriwatinya saja
3.
Lebih
mengedepankan bahasa arab daripada bahasa Indonesia
4.
Apabila
ragu dalam berbicara dalam berbahasa arab sebaiknya membawa buku saku mufrodat
5.
Apabila
tidak tahu artinya dari bahasa arab/bahasa indonesianya sebaiknya bertanya atau
lihat kamus.
6.
Dan
memberi sanksi kepada santri yang melanggar bahasa yaitu yang tidak menggunakan
bahasa arab dalam berkomunikasi.
7.
Memberi
motivasi kepada santri dan santriwati supaya berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa arab
8.
Menggunakan
Mufrodat yang sudah dipelajari dalam berkomunikasi sehari-hari
9.
Semua
komponen yang berdomisili di Pondok dengan berkomunikasi menggunakan bahasa
arab. Tidak hanya santi dan santriwatinya saja
10.
Lebih
mengedepankan bahasa arab daripada bahasa Indonesia
C.
Factor pendukung dan penghambat dalam meciptakan peran lingkungan bahasa yang kondusif
Disini
menurut analisis peneliti dari beberapa wawancara dengan bagian bahasa dan
beberapa santri dan santriwati, ada Beberapa factor yang
mendukung dalam meciptakan bi’ah arabiyah di Pondok Modern Babussalam yaitu;
1.
pelajaran/materinya
kebanyakan berbasis arab,
2.
dan
dengan adanya bi’ah arabiah ini menjadi penunjang materi yang berbahasa arab.
3.
Mempermudah santri dan santriwati memahami
atau mempelajari Al-Quran.
Dan
beberapa factor yang menghambat dalam menciptakan bi’ah arabiyah di Pondok
Modern Babussalam, antara lain;
1.
Bagian
bahasa memberi mufrodat tidak disesuaikan kelasnya,Misalnya kelas 1 diberi
murodat “bom”, sedangkan untuk kelas satu tingkat mufrodatnya msh dasar seperti
mufrodat untuk bahasa sehari-hari contonya isim yang ada disekitar mereka
2.
Kurangnnya
pemahaman nahwu dan shorof
3.
Teman
yang tidak suka dengan bahasa arab dapat mempengaruhi teman yang lainnya dengan
berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia.
4.
Kurangnya ketanggapan atau kesadaran dalam
berbahasa arab
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan
yang telah dipaparkan, penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan bi’ah arabiyah dalam pembelajaran
bahasa arab kurang memuaskan, dilihat dari factor penghambat dalam menciptakan
bi’ah, kemudian dalam periode ini bicara
bahasa arab dipondok modern Babussalam sangat menurun. alasanya tidak semua
komponen yang ada dalam Pondok Modern menggunakan bahasa arab, selain itu kurangnya kesadaran
dalam menggunakan bahasa arab, kurangnya jasusah dan sanksi dari bagian bahasa,
kurangnya seorang figure berbahasa dari kakak kelas(OSPM/pengurus) dan
ust/ustdzahnya. Disamping itu bi’ah arabiyah dapat memudahkan bagi santri dan
santriwati dalam memahami pelajaran yang berbasis arab.
B. Saran
Beberapa saran atau rekomendasi yang
bisa diberikan dari temuan-temuan penelitian ini antara lain;
1. Hendaknya tidak hanya anggota yang
diberi jasusah, tetapi kakak kelas (OSPM/pengurus) juga diberi jasusah supaya
kakak kelas tidak ada kesempatan untuk berbicara bahasa Indonesia dan sebagai
contoh bagi anggota-anggotanya
2. Hendaknya untuk kelas awal atau pemula
diberi mufrodat yang ada disekitarnya dan kemudian dikembangkan dalam pelajaran
Insya’(mengarang bahasa Arab)
3. Untuk mempermudah memahami/mengahafal
nahwu shorof hendaknya diberi pelajaran tambahan seperti imriti dan alfiah.
Beberapa
saran dan rekomendasi ini jika dipenuhi akan dapat meningkatkan penerapan bi’ah arabiah dalam pembelajaran
bahasa arab santri dan santriwati di Pondok Modern Babussalam tahun pelajaran
2016-2017.
BAB I
[1]Ahmad Fuad
Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat, 2004),
10-11.
[2]Ahmad Fuad
Efendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat, 2009),
205-206.
[3]
Isskandarwassid, Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2008), 106.
[4] Emzir, Analisis
Data: Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 18.
[5] Dedi Mulyana, Metodologi
Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2003), I80.
[6] Jonathan Sarwono, Metodologi
Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006), 56.
[7] Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian, (Jakarta : Renika Cipta, 2006), I49.
[9] Ibid.,
335
[10] Ibid.,
178.
[2]Ahmad Fuad Effendi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, 207.
[3] Ibid. 208.
[4]Isskandarwassid, Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, 107.
[5]Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, 207-209.
[7]Bisri Mustofa dan Abdul Hamid, Metode & Strategi Pembelajaran Bahasa Arab (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2011), 88.
[8] Ahmand Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: Humaniora, 2011), 137.
[9]Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),137-142.
______________________________
BAB III
______________________
BAB IV
[2]Bogdan dan Biklen, Qualitative Research for Education, An introduction to theory and methods (Boston: Allyn and Bacon, 1982), 180.
[3] Ibid., 178.
[4] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan(Bandung: Rosdakarya, 2000), 28.
[5]Ahmad Fuad Effendi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, 207.

No comments:
Post a Comment