Wednesday, 28 November 2018

BAIK DAN BURUK MENURUT KAJIAN TASAWUF


BAIK DAN BURUK MENURUT KAJIAN TASAWUF
Makalah ini Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Dalam
Mata Kuliah Tasawuf

Disusun oleh:
Wahyu Agus Arifin
NIM: 210514049
Dzikri An-nahyan
NIM: 210514067

Dosen Pengampu:
Sunartip, M.SY


 _____________________________________________________________________________





A.      LATAR BELAKANG
Hati manusia memiliki perasaan dan dapat mengenal, perbuatan itu baik atau buruk dan benar atau salah. Penilaian terhadap suatu perbuatan itu relative, hal ini disebabkan adanya perbedaan tolak ukur yang digunakan untuk penilaian tersebut. Perbuatan tolak ukur tersebut disebabkan karena adanya perbedaan agama, kepercayaan, cara berfikir, lingkungan hidup dan sebagainya. Manusia itu mempunyai insting, hal ini berfungsi bagi manusia untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

B.      TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan penyusunan makalah ini adalah: pendalaman materi tentang pembahasan masalah baik dan buruk

C.      RUMUSAN MASALAH
a.       Apakah hakikat atau pengertian baik dan buruk?
b.      Apakah hakikat atau pengertian benar dan salah?
c.       Bagaimana ukuran baik dan buruk itu?
d.      Apa saja aliran aliran-aliran baik dan burut?



D.     KAJIAN UMUM
1)     Pengertian Benar Salah
Menurut ilmu akhlaq benar adalah hal-hal yang sesuai/cocok dengan peraturan-peraturan. Sedangkan pengertian salah menurut ilmu akhlaq adalah hal-hal yang tidak sesuai denga peraturan-peraturan yang berlaku.

Benar secara subyektif ada bermacam-macam. Seperti halnya Benar menurut ilmu politik belum tentu benar menurut ilmu logika.

Sedangkan benar menurut obyektif adalah satu tak ada dua benar yang bertentangan. Apabila ada dua hal yang bertentangan, mungkin salah satunya saja yang benar atau kedua-duanya salah yang benar belum disebut.

Peraturan itu dibuat untuk mencapai sesuatu yang dinamakan benar. Kalau kita perhatikan tentang peraturan didunia ini terdapat peraturan yang bermacam-macam dan berlain-lain. Bahkan ada yang bertentangan, hal ini bergantung kepada siapa yang membuat peraturan dan untuk maksud menuruti kehendak yang membuatnya. Dan karena peraturan didunia ini dibuat oleh manusia menurut jangkauan akal pikiran, sedangkan pikiran manusia berlain-lain. Oleh karena itu kebenaran di  dunia ini apabila hanya didasarkan kepada peraturan yang dibuat oleh manusia adalah relative.

Sedangkan obyekif, bahwa itu hanya satu dan tak mungkin mengandung perlawanan  di dalamnya, maka hakikatnya yang benar itu  adalah  pasti dan hanya satu kebenaran yang obyektif merupakan  kebenaran yang pasti  didasarkan  kepada peraturan yang di buat oleh yang maha Esa  dan peraturan yang bersifat relative itu  benar apabila tidak bertentangan dengan peraturan obyektif yang dibuat oleh yang maha esa.

الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ

Artinya: kebenaran adalah dari tuhanmu dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. (QS. Al-Baqarah:147).[1]

Oleh  karena itu, benar yang obyektif adalah benar yang didasarkan atas peraturan yang dibuat oleh tuhan. Peraturan-peraturan yang dibuat oleh manusia  akan dijamin kebenaranya apabila peraturan itu tidak bertentangan dengan peraturan yang dibuat oleh tuhan.

2)     Pengertian baik dan buruk
Pengertian “baik”  menurut ethic adalah suatu yang berharga untuk sesuatu tujuan. Sebaiknya yang tidak berharga, tidak berguna untuk tujuan, apabila yang merugikan, atau menyebabkan tidak tercapainya tujuan adalah ”buruk”.

Seperti halnya pengertian benar dan salah maka pengertian baik dan buruk juga ada yang subyektif dan relative, baik  bagi seseorang belum tentu baik bagi orang lain. Sesuatu itu baik bagi seseorang  apabila hal ini sesuai dan berguna untuk  tujuannya. Hal yang sama adalah  mungkin buruk bagi orang lain, karena hal tersebut tidak akan berguna bagi tujuannya.  Masing-masing orang mempunyai tujuannya yang berbeda-beda bahkan ada yang bertentangan, sehingga yang berharga untuk seseorang atau untuk suatu golongan berbeda dengan yang berharga untuk orang atau golongan lainnya.

Akan tetapi secara obyekif, walaupun tujuan orang atau golongan di dunia ini berbeda-beda, sesungguhnya pada akhirnya semuanya mempunyai tujuan yang sama, sebagai tujuan akhir setiap sesuatu, bukan saja manusia bahkan binatang pun mempunyai tujuan.  Dan tujuan akhir dari  semuanya itu sama, yaitu bahwa semuanya ingin baik dengan kata lain semuanya ingin bahagia. Tak seorang pun dan sesuatu pun yang tidak ingin bahagia.

Tujuan dari masing-masing sesuatu walaupun berbeda-beda semuanya akn bermuara kepada satu tujuan yang dinamakan baik, semuanya mengharapkan agar mendapatkan yang baik dan bahagia, tujuan akhirnya sama.
Allah berfirman:

وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَمَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Artinya: dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. AL-Baqoroh: 148)[2]

Kebaikan yang berhubungan dengan tujuan  ini  dapat dibedakan dengan kebaikan sebagai tujuan akhir dan kebaikan sebagai cara/ jalan/ sasaran/alat untuk sampai kepada tujuan akhir tersebut.  Kebaikan sebagai alat ini dapat berupa tujuan sementara untuk mencapai tujuan akhir. Tujuan sementara ini mungkin hanya sekali bagi seseorang atau suatu golongan. Tujuan sementara sebagai alat atau jalan untuk mencapai tujuan akhir ini terdapat bermacam-macam dan beraneka ragam.

Di dalam akhlak islamiyah, antara baik sebagai alat/ cara/ tujuan sementara harus segaris/ sejalan dengan baik sebagai tujuan akhir. Artinya cara untuk mencapai tujuan baik sebagai tujuan semntara  dan tjan akhir berada dalam satu garis lurus yaitu berdasarkan satu norma. Di samping ”baik” juga harus “benar”. Sebab tidak semua cara yang berharga untuk mencapai tujuan itu disebut baik. Apabila tidak segaris dengan baik sebagai tujuan akhir.

E.      PEMBAHASAN
1)     Ukuran tentang baik dan buruk                  
Dalam sesuatu benda ada ukurannnya, berapa besarnya? Berapa beratnya? Berapa tingginya? Berapa luasnya? Berapa dalamnya? dan lain sebagainya sebagai salah satu pertanyaan yang mengandung hakikat, bahwa benda sesuatu yang ada ukurannya.
Mempersoalkan baik dan buruk pada perbuatan manusia maka ukuran dan karakternya selalu dinamis, sulit dipecahkan. Namun demikian karakter baik dan buruk perbuatan manusia dapat diukur menurut fitrah manusia.
Kenyataan yang ada didalam kehidupan, bahwa  ada beda pendapat seseorang (berselisih) dalam melihat baik dan buruk. Sekarang seseorang melihat hal itu buruk, tapi pada suatu saat dia melihat itu baik dan sebaliknya.
-        Pengaruh adat kebiasaan
Manusia dapat terpengaruh oleh adat istiadat golongan dan bangsanya. Karena itu hidup didalam lingkungan dengan meilhat dan mengetahui mereka melakukan sesuatu perbuatan dan menjauhi perbuatan lainnya. Sedang kekuatan member hukum kepada sesuatu belum tumbuh begitu rupa, sehingga ia mengikuti banyaknya kegiatan yang mereka lakukan atau yang mereka singkiri.
Setiap bangsa memiliki adat istiadat tertentu. Mereka menganggap baik bila mengikutinya, mendidik anak-anak kejurusan adat istiadat itu dan menanam perasaan kepada mereka bahwa adat istiadat itu agak membawa kesucian. Sehingga apabila seorang dari mereka menyalahi adat istiadat itu, sangat dicela dan dianggap keluar dari golongan bangsanya.
Ada beberapa alasan mengapa adat istiadat dilakukan dan larangan-larangan disingkirkan karena:
§  Pendapat Umum. Karena memuji pengikut-pengikut adat istiadat dan mengejek orang-orang yang menyalahinya. Maka adat istiadat bangsa dalam berpakaian, makan bercakap-cakap, bertandang dan sebagainya amatlah kuat dan kokoh. Karena orang-orang menganggap baik bagi pengikutnya, dan menganggap buruk bagi orang yang menyalahinya. Demikian sebab-sebabnya segolongan bangsa menertawakan adat-istiadat bangsa lain yang menyalahi adat-istiadat mereka.
§  Apa yang diriwayatkan secara turun menurun dari hikayat-hikayat dan khurafat-khurafat yang menganggap setan dan jin akan membalas dendam kepada orang-orang yang menyalahi perintah-perintah adat itiadat dan malaikat akan member pahala bagi orang yang mengikutinya.
§  Beberapa upacara, keramaian, pertemuan dan sebagainya yang menggerakkan perasaan dan yang mendorong bagi para hadirin untuk mengikuti maksud dan tujuan upacara itu, seperti mengikuti adat-istiadat kematian pengantin, ziarah kubur dan upacara lain-lainya.
Pada suatu waktu orang-orang berpendapat bahwa baik itu apa yang sesuai dengan adat-istiadat dan buruk itu apa yang menyalahinya.
Yang terjadi diluar adat-istiadat, orang-orang merdeka melakukan apa yang mereka kehendaki. Bahkan pada masa inipun banyak orang-orang umum yang berpendapat serupa itu. Mereka berbuat apa yang mereka perbuat, karena sesuai dengan adat istiadat golongan mereka dan mereka menjauhi apa yang mereka jauhi karena golongan mereka tidak melakukannya. Maka ukuran baik dan buruk menurut pandangan mereka adalah adat-istiadat golongannya. Kita melihat orang umum bila seorang dari keluarganya sakit, tidak mengundang dokter untuk mengobatinya. Akan tetapi bila seorang mereka meninggal dunia terpaksa mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk melakukan hari peringatan, karena bila ia tidak melakukan demikian itu akan dicela oleh lingkangannya, sebab menyalahi adat-istiadat mereka.
2)     Berbagai aliran tentang baik dan buruk
a.       Aliran hedonism
Aliran hedonism berpendapat bahwa norma baik dan buruk adalah “kebahagian” karenanya sesuatu perbuatan apabila dapat mendatangkan kebahagiaan maka perbuatan itu baik, dan sebaliknya perbuatan itu buruk apabila mendatangkan penderitaan.
Menurut aliran ini, setiap manusia selalu menginginkan kebahagiaan, yang merupakan dorongan daripada tabi’atnya dan ternyata kebahagiaan adalah merupakan tujuan akhir dari hidup manusia, oleh kerenanya jalan yang mengantarkan kearahnya dipandang ebagai keutamaan (perbuatan mulia/baik).
Maksud dari “kebahagiaan” menurut aliran ini aalah hedone, yakni kelezatan. Karenanya kelezatan bagi aliran itu adalah merupakan ukuran dari perbuatan, jadi perbuatan dipandang baik menurut kadar kelezatan yang terdpat padanya dan sebaliknya perbuatan itu buruk menurut kadar penderitaan yang ada padanya.
Aliran hedonism, bahkan tidak saja mengajarkan agar manusia  mencari kelezatan, kaena pda dasarnya tiap-tiap perbuatan ini tidak sunyi dari kelezatan tetapi aliran ini justru menyatakan: hendaklah manusia itu mencari sebesar-besar kelezatan, dan apabila ia disuruh memilih di antara berapa perbuatan wajib ia memilih yang paling besar kelezatanya.
Maksud paham ini adalah bahwa manusia hendaknya mencari  kelezatan yang sebesar-besarnya bagi dirinya.

Aliran hidonisme ini dibagi  menjadi dua:
1)     Egoistic Hedonisme
Dalam aliran ini dinyatakan bahwa ukuran kebaikan adalah kelezatan diri pribadi orang yang berbuat. Karenanya dalam aliran ini mengharuskan kepada pengikutnya agar mengerahkan segala perbuatanya untuk menghasilkan kelezatan tersebut yang sebesar-besarnya.
2)     Universalistic Hedonisme
Aliran ini mendasarkan ukuran baik dan buruk pada “kebahagiaan umum”. Tiap-tiap orang, bahkan binatang dalm mengejar kebahagiaan itu tidak sama. Perbedaan terletak pada luas dan sempitnya pikiran seseorang.
b.      Aliran utilitarianisme
Maksud dan paham ini adalah agr manusia dapat mencari kebahagiaan sebesar-besarnya untuk sesama manusia atau semua makhluk yang memiliki perasaan.
c.       Aliran intuitionisme
Aliran intuitionisme berpendirian bahwa setiap manusia mempunyai naluri kekuatan batiniayah yang dapat membadakan sesuatu itu baik atau buruk dengan hanya selintas pandang.
d.      Aliran evolutionisme
Pengikut paham ini berpendapat bahwa segala perbuatan akhlak itu  tumbuh dengan sederhana, dan mulai naik dan meningkat sedikit demi sedikit, lalu berjalan menuju cita-cita, dimana cita-cita ini ialah yang menjadi  tujuan. Maka perbuatan itu baik bila dekat dengan cita-cita itu, dan buruk bila jauh darinya.
e.       Aliran idealism
Aliran idealisme dipelopori oleh Immanuel Kant seorang yang berkebangsaan jerman. Pokok-pokok pandangan etika idealisme dapat  disimpulkan sebagai berikut:
1)     Wujud yang paling dalam dari kenyataan ialah kerohaniaan. Seseorang berbuat baik pada prinsipnya bukan karena dianjurkan orang lain melainkan atas dasar “kemauan  sendiri” atau “rasa kewajiban”. Sekalipun diancam dan dicaela orang lain, perbuatan baik itu dilakukan juga, karena adanya rasa kewajiban yang bersemi dalam rohani manusia.
2)     Factor yang pali pendting mempengaruhi manusia adalah “kemauan” yang melahirkan tindakan yang konkrit. Dan yang menjadi pokok disini adalah  “ kemauan yang baik”.
3)     Dari kemauan yang baik itu lah dihubungkan dengan suatu hal yang menyempurnakannya yaitu”rasa kewajiban”.

f.         Aliran Tradisionalisme
Tiap umat manusia mempunyai adat/tradisi dan peraturan tertentu, yang dianggap baik untuk dilaksanakan. Karena manusia itu, kapan dan dimanapun juga, dipengaruhi oeh adat kebiasaan atau tradisi bangsanya, karena lahir dalam lingkkungan bangsanya itu.  Jadi seandainya ,manusia itu menyalahi adat istiadat bangsanya, maka hal itu  sangat dicela dan di anggap keluar dari golonganya.
Adapun sumber dari pada adat kebiasan antara lain:
1)     Perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh nenek moyangnya.
2)     Perbuatan atau peristiwa secara kebetulan, mekipun tidak berdasarkan kepad akal.
3)     Anggapan baik dari nenek moyangnya terhadap suatu perbuatan yang akhirnya diwariskan secara turun menurun.
4)     Perbuatan orang-orang terdahulu, mencoba melakukan perbuatan-perbuatan yang akhirnya mengetahui yang berguna dan  bermanfaat.
g.       Aliran naturalism
yang menjadi ukura baik dan buruknya perbutan manusia menurut aliran naturalism ialah perbuatan yang sesuai  dengan fitrah atau neluri manusia itu sendiri, baik mengenai fitrah batin maupun lahir.
h.      Aliran theologies
Aliran ini berpendapat bahwa yang menjai ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia, adalah didasarkan atas ajaran tuhan apakah perbuatan itu diperintahkan atau dilarang oleh-Nya.


F.      KESIMPULAN
Dari sini kami dapat mengambil kesimpulan tentang isi makalah kami, Bahwa Sesuatu yang disebut baik atau buruk itu relative sekali, karena bergantung pada pandangan dan penilaian masing-masing yang merumuskannya dan pengertian ini bersifat subjektif, karena bergantung pada individu yang menilainya.



Mustofa, A. Akhlaq Tasawuf ()










[1] Syamil Al-qur’an Terjemah Surat Al-Baqarah : 147, hal. 23
[2] Syamil Al-qur’an Terjemah Surat Al-Baqarah : 147, hal. 23

No comments:

Post a Comment

Pengertian Memori atau Ingatan - Psikologi Pendidikan