Friday, 23 August 2019

EFEKTIFITAS PENERAPAN BI’AH ARABIYAH TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA ARAB SANTRI PONDOK MODERN BABUSSALAM TAHUN AJARAN 2016/2017

EFEKTIFITAS PENERAPAN BI’AH ARABIYAH TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA ARAB SANTRI PONDOK MODERN BABUSSALAM
TAHUN AJARAN 2016/2017

PROPOSAL PENELITIAN
_______________________________________________________________________________________________________________________________________



I.            Judul Penelitian
EFEKTIFITAS BI’AH ARABIYAH TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA ARAB SANTRI DI PONDOK MODERN BABUSSALAM TAHUN AJARAN 2014/2015.
II.            Latar Belakang Masalah
Penganut madzhab behaviorisme dalam pembelajaran adalah “faktor-faktor eksternal” dan bahwa “merekayasa lingkungan pembelajaran adalah cara efektif untuk mencapai tujuan.[1]

            Dalam dunia belajar mengajar bahasa, dikenal istilah pemerolehan bahasa (ta’allum al-lughah-language learning). Pemerolehan adalah proses penguasaan bahasa kedua secara alamiah melalui bawah sadar dengan cara berkomunikasi langsung dengan orang-orang yang menggunakan bahasa tersebut. Sedangkan belajar adalah proses penguasaan bahasa, terutama kaidah-kaidahnya, secara sadar sebagai akibat dari pengajaran oleh guru atau hasil belajar secara mandiri.[2]

            Lingkungan yang berpengaruh terhadap proses belajar bahasa dikelompokkan dalam dua kategori umum yaitu lingkungan kelas yang sengaja diciptakan untuk membantu peserta didik belajar bahasa dan lingkungan bahasa diluar kelas yang hadir secara alamiah. Yang dimaksud dengan  diluar kelas adalah segala hal yang didengar dan diamati oleh peserta didik sehubungan dengan bahasa kedua yang sedang yang sedang dipelajarinya.[3]Kaitannya dengan uraian tadi, dari hasil observasi lapangan dan wawancara peneliti dengan pengurus bahasa dan santri bahwa pembelajaran bahasa arab dengan menghidupkan suasana lingkungan bahasa merupakan cara yang tepat dan cepat dalam mencapai hasil pembelajaran bahasa, dewasa ini berbagai metode yang dikembangkan namun hasil yang maksimal belum didapatkan, untuk itu bi^ah lugawiyah merupakan alternative dalam pembelajaran bahasa Arab sebagai alat komunikatif.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti mengambil judul “EFEKTIFITAS BI’AH ARABIYAH TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA ARAB SANTRI DI PONDOK MODERN BABUSSALAM TAHUN AJARAN 2014/2015.

III.            Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.      Bagaimana keefektifan bi’ah arabiyah terhadap kemampuan berbicara bahasa arab santridi PONDOK MODERN BABUSSALAM  tahun ajaran 2014/2015?
2.      Bagaimana menciptakan lingkungan bahasa (bi’ah al-lughah ‘arabiyah) yang efektif di PONDOK MODERN BABUSSALAM tahun ajaran 2014/2015?
3.      Apa faktor pendukung dan penghambat dalam menciptakan lingkungan bahasa (bi’ah al-lughah ‘arabiyah) yang efektif di PONDOK MODERN BABUSSALAM tahun ajaran 2014/2015?
IV.            Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan Masalah yang disebutkan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:
1.      Untuk mengetahui kefektifan bi’ah arabiyah terhadap kemampuan berbicara bahasa arab santri di PONDOK MODERN BABUSSALAM tahun ajaran 2014/2015
2.      Untuk mengetahui bagaimana menciptakan lingkungan bahasa (bi’ah al-lughah ‘arabiyah) yang efektif di PONDOK MODERN BABUSSALAM tahun ajaran 2014/2015
3.      Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam menciptakan lingkungan bahasa (bi’ah al-lughah ‘arabiyah) yang efektif di PONDOK MODERN BABUSSALAM tahun ajaran 2014/2015

V.            Manfaat Penelitian
1.      Secara teoritis
Secara teoritis dari hasil penelitian ini akan ditemukan konsep lingkungan bahasa yang efektif guna meningkatkan kemampuan berbicara bahasa arab dalam pembelajaran bahasa arab.
2.      Secara praktis
Sebagai masukan dan sumbangan fikiran dalam menciptakan lingkungan bahasa (bi’ah al-lughah arabiyah) yang efektif dalam upaya meningkatkan kemampuan berbicara dalam pembelajaran bahasa arab di PONDOK MODERN BABUSSALAM khususnya dan pada lembaga lain pada umumnya.
VI.            Kajian teori dan atau Telaah pustaka
1.      landasan teori
                        1)      Tinjauan tentang efektifitas
a.       Pengertian efektifitas
Secara etimologi efektifitas berasal dari kata efektif yang berarti ada pengaruhnya, akibat dan sebagainya.[4] Menurut E. Mulyasa efektifitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Dan secara terminologi mempunyai makna adalah berkaitan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu dan adanya partisipasi aktif dari anggota.[5]
b.      Kriteria keefektifan
a)      Prosentasi waktu yang belajar yang tinggi
b)      Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa.
c)      Ketetapan dari kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan yang diutamakan).
d)     Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif.
c.       Aspek-aspek efektivitas
Berdasarkan pendapat Aswarni sujud bahwa efektifitas  suatu program dapatdilihat aspek-aspek dibawah ini:
a)      Aspek rencana atau program
Jika seluruh rencana dapat dilaksanakan maka rencana atau progam dikatakan efektif. Yang dimaksud dengan rencana atau progam disini rencana pengajaran yang terprogam, yaitu berupa materi yang terwujud dalam sebuah kurikulum yang telah ditetapkan.
b)      Aspek ketentuan dan aturan
Efektivitas suatu progam juga dapat dilihat dari berfungsi atau tidaknya aturan yang telah dibuat dalam rangka menjaga berlangsugnya proses pengajaran. Aspek ini mencakup aturan-aturan yang mencakup baik yang berhubungan dengan guru manapun yang berhubungan dengan paserta didik. Jika aturan ini dilaksanakan berarti ketentuan atau aturan telah berlaku secara efektif. 
c)      Aspek tujuan atau kondisi ideal
Suatu kegiatan progam dikatakan efektif dari segi hasil jika tujuan atau kondisi ideal progam tersebut dapat dicapai. Penilaian aspek ini dapat dilihat dari prestasi yang dicapai oleh peserta didik.[6]
                 2)      Tinjauan tentang bi’ah lughawiyah
a.       Pengertian bi’ah
Bi’ah berasal dari bahasa arab yang artinya lingkungan. Menurut Ngalim purwanto yang dimaksud dengan lingkungan (environment) adalah meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita pertumbuhan, perkembangan atau life proses.[7]Lingkungan bahasa adalah segala sesuatu yang didengar dan dilihat oleh pembelajar berkaitan dengan bahasa target yang sedang dipelajari. [8]
b.      Pembagian lingkungan pembelajaran bahasa
Dalam bukunya Ahmad Fuad Effendy, bahwa Krashen (1976) membagi lingkungan pembelajaran bahasa menjadi dua yaitu lingkungan formal dan lingkungan informal.
Lingkungan formal mencakup berbagai aspek pendidikan formal dan non formal, dan sebagian besar berada didalam kelas atau laboratorium. Sedangkan lingkungan formal yaitu memberikan pajanan komunikasi yang alamiah dan sebagian besar berada diluar kelas. Oleh karena itu, lingkungan informal ini memberikan lebih banyak wacana bahasa dari pada sistem bahasa.[9]
Untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan studi tidak terlepas dari peran metode yang dipakai. Untuk menerapkan metode tersebut banyak hal yang berkaitan diantaranya faktor lingkungan peserta didik, sarana yang mendukung, situasi yang memadai atau tepat.
c.       Menciptakan lingkungan bahasa arab
Lingkungan bahasa yang paling dominan didalam pembelajaran bahasa arab di Indonesia, baik di Madrasah, sekolah, pesantren maupun diperguruan tinggi adalah lingkungan formal sedangkan lingkungan informalnya sangat terbatas untuk tidak mengatakan tidak ada.
Menurut Hemat penulis, untuk dapat menciptakan lingkungan bahasa di Madrasah, sekolah, pesantren, atau perguruan tinggi, ada beberapa prasarat yang harus dipenuhi.[10]
1.      Adanya sikap positif kepada bahasa arab dan komitmen yang kuat untuk memajukan pengajaran bahasa arab dari pihak-pihak yang terkait.seperti guru bahasa arab dan pimpinan lembaga.
2.      Adanya beberapa figur dilingkungan lembaga pendidikan yang mampu berkomunikasi dengan bahsa arab, jika tidak dimungkinkan adanya penutur asli yang berperan sebagai penggerak sekaligus tim kreatif untuk menciptakan lingkungan bahasa arab.
3.      Tersedianya alokasi dana yang memadai untuk pengadaan sarana prasarana yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan bahasa arab.
      3)      Tinjauan tentang kemahiran berbicara
Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern termasuk bahasa arab.[11] Bisri Mustofa dan Abdul Hamid juga berpendapat sama bahwa Berbicara dengan bahasa asing merupakan keterampilan dasar yang menjadi tujuan dari beberapa tujuan pengajaran bahasa. Sebagaimana bicara adalah sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan orang lain.Kemampuan untuk menyusun kata-kata yang baik dan jelas mempunyai dampak yang besar dalam hidup manusia. Baik untuk mengungkapkan pikiran-pikirannya atau memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.[12]
Penekanan yang harus diberikan ketika melaksanakan pengajaran bahasa melalui kegiatan berbicara adalah efektivitas. Efektivitas atau keefektivitasan dalam berbicara terlihat jelas dalam kecekatan dan kecepatan mengutarakan buah pikiran dan perasaan, serta ketepatan dalam memilih kosakata dan kalimat yang sangat menarik (impresif), salah satu cara latihan yang dianggap efektif untuk dapat mencapai kemampuan berbahasa lisan dari hal yang paling sederhana hingga hal-hal yang rumit adalah berlatih menggunakan pola kalimat (bin namudzaj, patern drill).[13]
Untuk mencapai tahap kepandaian berkomunikasi diperlukan aktivitas-aktivitas latihan yang memadai yang mendukung. Aktivitas-aktivitas seperti itu bukan perkara mudah bagi pembelajaran bahasa, sebab harus tercipta dahulu lingkungan bahasa yang mengarahkan para pelajar ke arah sana. Dalam bukunya Acep Hermawan, Subyakto-nababan (1993: 175) membagi aktivitas ini kedalam dua kategori, yaitu pra-komunikatif dan komunikatif.[14]
a)      Latihan pra-komunikatif latihan yang dimaksudkan untuk membekali para pelajar tentang kemampuan-kemampuan dasar dalam bicara yang sangat diperlukan ketika terjun dilapangan seperti: latihan penerapan pola dialog, kosakata, kaidah, mimik muka, dan sebagainya. Ada beberapa teknik yang mungkin dilakukan dalam latihan pra-komunikatif, antara lain: dialog (al-hiwar), praktek pola (tathbiq al-namudzaj), dan karangan lisan (al-tarkib al-syafawi).
b)      Latihan komunikatif adalah latihan yang lebih mengandalkan kreativitas para pelajar dalam melakukan latihan. Beberapa aktivitas yang memungkinkan dilakukan dalam latihan komunikatif secara bertahap sebagai berikut: percakapan kelompok (al-hiwar al-jama:i), bermain peran (al tamtsil), praktek ungkapan sosial (tathbiq al-ta’birat al-ijtiamaiyyah), praktek lapangan (al-mumarosah fi-almujtama) probelm solving (hill al-musykilat).

2.      Kajian Pustaka
Pada dasarnya kajian pustaka merupakan uraian singkat  hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang masalah yang sejenis. Selain itu, berupa buku yang sudah diterbitkan. Kajian pustaka ini berfungsi untuk menunjukkan keasliannya dalam penelitian. Di antara buku dan penelitian sejenis yang telah dilakukan baik dalam penelitian sebelumnya maupun dalam penelitian ini ada terdapat banyak kesamaan, akan tetapi khususnya dalam penelitian ini ada tambahan dari beberapa penelitian lain yang membahas tentang keefektifan lingkungan bahasa terhadap kemampuan berbicara bahasa Arab untuk santri di PONDOK MODERN BABUSSALAM, penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif.

VII.            Metodologi Penelitian
1.      Pendekatan dan jenis penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif, dan  makna merupakan hal yang esensial.Ada beberapa jenis metodologi penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif yaitu mencakup penelitian etnografi, studi kasus, fenomenologi, teori grounded dan biografi atau naratif.[15]
Dan dalam hal ini, jenis penelitian yang digunakan adalah study Kasus, merupakan suatu penelitian kualitatif yang berusaha menemukan makna, menyelidiki proses dan memperoleh pengertian serta pengalaman yang mendalamdari individu, kelompok atau situasi.
2.      Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah PONDOK PONDOK MODERN BABUSSALAM. Dengan alasan bahwa di dalam lembaga tersebut terdapat pembinaan dan pengembangan bahasa asing (arab dan inggris) secara intensif dan menjadikannya bahasa resmi dipondok pesantren.
3.      Sumber Data
      Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya. Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini adalah: kata-kata dan tindakan sebagai sumber data utama, sedangkan  sumber data tertulis adalah sebagai sumber data tambahan.
4.      Teknik pengumpulan data
a.      Tehnik wawancara
   Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Cara melakukan wawancara ialah mirpi dengan kita jika sedang melakukan pembicaraan dengan lawan bicara kita, wawancara dimulai dengan mengemukakan topic yang umum [16]untuk membantu penelitian memahami perspektif makna yang diwawancari. Hal ini sesuai dengan asumsi dasar penelitian kualitatif, bahwa jawaban yang diberikan harus dapat memberikan perspektif yang diteliti bukan sebaliknya, yaitu perspektif dari penelitian sendiri.
Dalam penelitian ini orang-orang yang akan diwawancarai adalah:
1.      Ketua Direktur bahasa yaitu untuk memperoleh informasi tentang kefektifan bi’ah lughah arabiyah.
2.      Pihak pengajaran untuk memperoleh data  tentang factor pendukung dan penghambat pembelajaran bahasa Arab.
3.      Para santri untuk memperoleh informasi tentang tanggapan dari diadakannya bi’ah al-lughah arabiyah terhadap kemampuan berbicara bahasa Arab.
b.      Teknik observasi
Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.
Seringkali orang juga mengartikan observasi sebagai suatu aktivitas yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap. Apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung. Di dalam artian penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar dan rekaman suara.  [17]
c.       Teknik dokumentasi
Dalam uraian tentang studi pendahuluan, telah disinggung pula bahwa sebagai objek yang diperhatikan (ditatap) dalam memperoleh informasi , kita memperhatikan tiga macam sumber yaitu tulisan, tempat, kertas atau orang. Dalam mengadakan penelitian yang bersumber pada tulisan inilah telah menggunakan metode dokumentasi.
Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peratuan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Bisa dikatakan teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. [18]
4.      Teknik analisa data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceriterakan kepada orang lain.[19]
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul.Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara triangulasi, ternyata hipotesis diterima maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.[20]
Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada  empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan  penggunaan:  sumber, metode, penyidik, dan teori.[21]Dalam penelitian ini, digunakan teknik triangulasi dengan sumber, berarti  membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.
Hal itu dapat dicapai peneliti dengan jalan: (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (b) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (d) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang  yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (c) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
VIII.        Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan digunakan untuk mempermudah dan memberikan gambaran terhadap maksud yang terkandung dalam proposal ini, untuk memudahkan penyusunan proposal ini dibagi menjadi beberapa bab yang dilengkapi dengan pembahasan-pembahasan yang dipaparkan secara sistematis, yaitu:
Bab I: Pendahuluan yang berisi tinjauan secara global permasalahan yang dibahas, yaitu terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan dalam metode penelitian berisi Pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data dan sistematika pembahasan.
Bab II: Landasan teori atau telaah pustaka yang berfungsi sebagai alat penyusun instrument pengumpulan data (IPD).
Bab III: Temuan peneliti yang berisi gambaran umum lokasi penelitian dan deskripsi data.
Bab IV: Pembahasan yang akan membahas tentang efektivitas bi’ah  arabiyah terhadap kemampuan berbicara dalam pembelajaran bahasa arab santri di Pondok Modern Babussalam.
DAFTAR PUSTAKA
Bogdan dan Biklen, Qualitative Research for Education, An introduction to theory and methods, Boston: Allyn and Bacon, 1982.
E mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi Dan Implementasi Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003.
Efendy, Ahmad Fuad Metodologi Pengajaran Bahasa Arab Malang: Misykat, 2009.
Effendy, Ahmad Fuad. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab Malang: Misykat, 2004
Emzir, Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Hermawan, Acep.Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Izzan, Ahmand. Metodologi Pembelajaran Bahasa ArabBandung: Humaniora, 2011.
Lonfland, Analyzing Social Setting, A Guide to Qualitative Observation and Analysis, Belmont, Cal: Wadsworth Publishing Company,1984.
Moleong, Lexy.Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000.
Mustofa, Bisri dan Hamid,Abdul. Metode & Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2011.
Purwanto, Ngalim.Psikologi Pendidikan Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000.
Salim Peter, Salim Yenny. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer Jakarta: Modern English Press, 1991.
Spradley, J.P. Participant Observation, New York: Holt, Rinehart and Winston, 1980.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D Bandung: Alfabeta, 2010.
Sujud Aswarni, Matra Fungsional Administrasi Pendidikan Yogyakarta: Perbedaan 1998.
Sunendar Dadang, Isskandarwassid. Strategi Pembelajaran Bahasa Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.



[1]Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab (Malang: Misykat, 2004), 10-11.
[2]Ahmad Fuad Efendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab(Malang: Misykat, 2009), 205-206.
[3] Isskandarwassid, Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), 106.
[4] Peter salim, Yenny salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: modern english press 1991), 376.
[5] E mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi Dan Implementasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), 82.
[6] Aswarni Sujud, Matra Fungsional Administrasi Pendidikan (Yogyakarta: perbedaan 1998) 159.
[7] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan(Bandung: Rosdakarya, 2000), 28.
[8]Ahmad Fuad Effendi, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, 207.
[9] Ibid.
[10]Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, 207-209.
[11]Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, 110.
[12]Bisri Mustofa dan Abdul Hamid, Metode & Strategi Pembelajaran Bahasa Arab (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2011), 88.
[13] Ahmand Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: Humaniora, 2011), 137.
[14]Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),137-142.
[15] Emzir, Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), 18.
[16] Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2003), I80
[17] Jonathan Sarwono, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006), 56.
[18] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : Renika Cipta, 2006), I49
[19] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, 334.         
[20] Ibid. 335
[21] Ibid., 178.

No comments:

Post a Comment

Pengertian Memori atau Ingatan - Psikologi Pendidikan