DAFTAR ISI
|
Daftar
isi..................................................................................................................
|
II
|
|
Kata
Pengantar.......................................................................................................
|
III
|
|
Bab 1 Pendahuluan
|
|
|
1
2
2
|
|
Bab 2 Pembahasan
|
|
1. Masalah Pengelolaan...........................................................................
a. Masalah
Individual........................................................................
b. Masalah
Kelompok.........................................................................
2. Masalah
Pengajaran............................................................................
|
3
3
7
|
|
B.
Cara
untuk Mengatasi
Masalah...............................................................
|
10
|
|
Bab 3 Penutup
|
|
|
Kesimpulan.......................................................................................................
|
13
|
|
Daftar
Pustaka.................................................................................................
|
14
|
KATA
PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmatNya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Permasalahan di dalam Kelas. Sholawat dan
salam tetap tercurah limpahkan kepada baginda Rasulullah Saw, serta seluruh
keluarga dan para sahabat.
Makalah ini dibuat mengingat
karena adanya keberadaan guru yang berperan sebagai pihak pengelola di dalam
kelas, yang mana dalam kegiatan pengelolaan tersebut tentunya akan banyak
ditemukan permasalahan-permasalahan yang dapat menghambat pelaksanaan kegiatan
di dalam kelas. Sehingga kelas tidak menjadi optimal untuk pelaksanaan
pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru harus mengetahui dan menguasai
berbagai macam karakteristik masalah di dalam kelas beserta penanganannya agar
nantinya dapat mengatasi berbagai macam permasalahan yang dihadapi dan menemukan
pemecahannya secara tepat.
Dalam makalah yang kami
buat ini tentunya masih memiliki kekurangan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca umumnya, dan bagi para calon guru khususnya.
Ponorogo, 18 April 2016
Dzikri Annahyan
210514067
___________________________________________________________________________
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang masalah
Gagalnya
seorang guru mencapai tujuan pengajaran sejalan dengan ketidakmampuan guru
dalam mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu adalah menyebabkan prestasi
belajar siswa rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang
ditentukan. Oleh karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat
penting dikuasai oleh guru dalam kerangka keberhasilan proses belajar mengajar serta proses dalam mengelola kelas. Berhasil tidaknya mengelola kelas tergantung pada
dua faktor utama, yaitu guru dan siswa.
Semua
tingkah laku individu (siswa) merupakan upaya pencapaian tujuan pemenuhan
keputusan untuk diterima kelompok dan kebutuhan untuk mencapai harga diri. Bila
kebutuhan-kebutuhan ini tidak lagi dapat dipenuhi melalui cara-cara yang
lumrah, dapat diterima masyarakat, dalam hal ini masyarakat kelas, maka
individu yang bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan cara-cara lain.
Dengan kata lain dia akan berbuat tidak baik. Perbuatan-perbuatan tersebut
kemudian dapat menimbulkan suatu permasalahan di dalam kelas.
Kurangnya kemampuan guru dalam hal sebagai
pengelola dan manajer di dalam kelas merupakan hal yang sangat mempengaruhi
besar kecilnya permasalahan di dalam kelas. Oleh karena itu guru harus memiliki
kemampuan yang besar dalam hal pengelolaan kelas, dan juga harus dapat memahami
perilaku-perilaku siswa, agar permasalahan di dalam kelas menjadi minim dan
dapat teratasi.
B.
Rumusan
masalah
1.
Apa saja
masalah yang terjadi dalam pengelolaan kelas?
2.
Apa saja faktor yang menyebabkan variasi masalah di dalam kelas?
3.
Bagaimana cara atau usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah
pengelolaan kelas?
C.
Tujuan
pembahasan
1.
Untuk
mengetahui masalah apa saja yang terjadi dalam pengelolaan kelas
2.
Untuk mengetahui variasi yang terjadi di dalam kelas
3.
Untuk mengetahui cara untuk mengatasi masalah pengelolaan kelas
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Masalah
yang terjadi di dalam kelas
Gagalnya seorang
guru mencapai tujuan pengajaran sejalan dengan ketidak mampuan guru dalam
mengelola kelas. Berbagai macam
masalah yang terjadi di dalam kelas dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor,
diantaranya seperti faktor-faktor dari pembawaan murid, guru, dan sebagainya.
Permasalahan
yang muncul dari guru antara lain:
1.
Bercampurnya urusan pribadi dengan urusan pekerjaan.
2.
Banyaknya pekerjaan administratif yang menyita banyak waktu yang harus
dilakukan guru.
3.
Penampilan fisik dan gaya mengajar yang kurang menarik.
4.
Pengendalian emosi yang kurang tepat, tidak sabar.
5.
Keterampilan komunikasi yang kurang efektif kepada siswa.[1]
Sedangkan permasalahan pengelolaan kelas yang
muncul dari siswa sendiri dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu
masalah individual dan masalah kelompok. Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel membedakan empat
kelompok masalah pengelolaan kelas individual. Diantaranya adalah:
1.
Tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain, misalnya membadut
di kelas (aktif) atau berbuat serba lamban.
2.
Tingkah laku yang ingin menunjukan kekuatan, misalnya selalu mendebat atau
kehilangan kendali emosional/marah, menangis atau selalu lupapada aturan-aturan
penting di kelas.
3.
Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain, seperti mengatai,
memukul, menggigit, dan sebagainya.
4.
Peragaan ketidakmampuan yaitu dalam bentuk sama sekali menolak untuk
mencoba melakukan apapun karena yakin bahwa hanya kegagalan yang menjadi
bagiannya.
Sebagai penduga,
Dreikurs dan Cassel berpendapat mengenai tingkah laku peserta didik sebagai
berikut:
a.
Apabila seorang guru merasa terganggu oleh perbuatan seorang peserta didik,
maka kemungkinan peserta didik yang bersangkutan ada pada tahap attention
getting (ingin mendapatkan perhatian)
b.
Bila guru merasa dikalahkan atau terancam maka kemungkinan peserta didik
yang bersangkutan ada pada tahap power sacking (ingin menunjukkan
kekuatan)
c.
Bila guru merasa tersinggung atau terluka hati, maka kemungkinan pelakunya
ada pada tahap revengefe sacking (menyakiti orang lain), dan akhirnya
bila guru merasa benar-benar tidak mampu berbuat apa-apa lagi dalam menghadapi
ulah peserta didik, maka kemungkinan yang dihadapinya adalah perasaan
ketidakmampuan.
Selain itu, Lois V. Johnson dan Mary A. Bany
mengemukakan enam kategori masalah kelompok di dalam kelas. Masalah-masalah
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.
Kelas kurang kohesif, misalnya perbedaan jenis kelamin, suku, tingkatan
sosio ekonomi dan sebaginya.
2.
Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, misalnya mengejek
anggota kelas yang dalam pengajaran seni suara menyanyi dengan suara sumbang.
3.
Membesarkan hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok,
misalnya pemberian semangat pada badut kelas.
4.
Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah
digarap.
5.
Semangat kerja rendah, misalnya semacam aksi protes kepada guru karena
menganggap tugas yang diberikan kurang adil.
6.
Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru. Misalnya gangguan
jadwal, atau guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain, dan
sebagainya.[2]
7.
Kelas
mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temannya, yaitu menerima dan mendorong perilaku siswa yang keliru.
8.
Mudah
mereaksi negatif/terganggu, misalnya bila didatangi monitor, tamu-tamu, iklim yang
berubah, dan sebagainya.
9.
Moral
rendah, permusuhan, agresif, misalnya dalam lembaga dengan alat-alat belajar
kurang, kekurangan uang, dan sebagainya.[3]
B.
Faktor Penyebab Variasi Perilaku
Menurut Made Pidarta faktor penyebab variasi perilaku itu terjadi bukan tanpa sebab.
Tapi karena
ada faktor yang menyebabkan timbulnya variasi perilaku tersebut. Berikut ini faktor-faktor penyebab
variasi perilaku itu adalah:
1.
karena
pengelompokan (pandai, sedang, bodoh). Kelompok bodoh akan menjadi sumber
negatif, penolakan atau apatis.
2.
Dari karakteristik individual, seperti kemampuan kurang, membuat tidak puas
atau dari latar belakang ekonomi rendah yang menghalangi kemampuannya.
3.
Kelompok pandai akan merasa terhalang oleh teman-temannya yang tidak mampu
seperti dia. Kelompok ini sering menolak standar yang diberikan oleh guru.
Sering juga kelompok ini membentuk norma sendiri, yang seringkali tidak sesuai
dengan harapan sekolah.
4.
Dalam latihan diharapkan semua siswa tenang dan bekerja sepanjang jam
pelajaran, kalau ada interupsi atau interaksi mungkin mereka merasa tegang atau
cemas. Karena itu perilaku-perilaku yang menyimpang seorang atau dua orang bisa
ditoleransi asal tidak merusak kesatuan. Guru harus berusaha mengadakan situasi
agar mereka bisa mengadakan interaksi.
5.
Dari organisasi kurikulum tentang team teaching, misalnya anak didik
pergi dari satu guru ke guru lain, dan dari satu kelompok ke kelompok yang
lain. Tenaga mereka banyak dipakai di jalanan dan harus menyesuaikan diri
berkali-kali, tidak ada kestabilan. Penyesuaian terhadap guru dan
metode-metodenya (guru vak). Pengembangan diri yang sesungguhnya
bersumber dari hubungan sosial menjadi terlambat.
Sebab- sebab siswa
yang bermasalah
Menurut Olivia ada berbagai sebab timbulnya
siswa yang bermasalah:
1.
Sebab yang bersumber dari siswa sendiri,
Misalnya ia punya masalah pribadi, masalah pribadi
ini dapat bersumber dari kondisi fisik, misalnya: kurangnya pendengaran,
terganggunya penglohatan, dan lain-lain. Juga oleh karena faktor psikologis,
misalnya; rasa malu, terlalu dimanja atau orang tua yang terlalu keras sehingga
siswa dalam kondisi tertekan. Sebab lain ialah konsep dari yang mengalami
penyimpangan dalam pertumbuhan sejak kecil, sehingga terjadi konsep diri yang
berlainan.
2.
Sebab yang bersumber dari pengaruh teman sepermain.
Misalnya, teman sepermainan dari keluarga yang
broken home yang hidupnya tidak teratur.
3.
Sebab yang bersumber dari sekolah.
Tuntutan sekolah yang bermacam-macam, membeli
pakaian sragam, terlambat membayar sekolah, tuntutan membeli buku, dan
bermacam-macam tagihan keuangan.
4.
Sebab yang bersumber pada guru
Cara guru mengajar yang tidak menyenangka dapat
menimbulkan penolakan siswa terhadap
guru.
5.
Sebab yang bersumber dari lingkungan sekitar.
Lingkungan masyarakat yang netrogen, daerah
kemuka, daerah yang kurang bersih.
6.
Sebab yang bersumber dari masyarakaty yang lebih luas.
Misalnya keadaan masyarakat yang mengalami
kerusuhan, penjarahan, pemerkosaan, perkelahian antara siswa sekolah, daln
lainnya.
Untuk mengatasi masalah
disiplin;
1.
Analisis terhadap sikap guru, suvervisor dapat membantu guru dalam
menganalisis
faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya perilaku yang bermasalah. Berbagai
penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap
guru dengan perilaku siswa yang bermasalah, seperti yang dikemukakan Olivia,
misalnya guru yang malas, guru yang suka mengkritik, guru yang terlalu keras.
Guru yang suka merokok, hal-hal tersebut dapat menimbulkan ketidak senangan
siswa terhadap guru.
2.
Analisis terhadap gaya mengajar guru dan gaya belajar siswa.
Baik
gaya mengajar guru maupun gaya belajar
siswa dapat menjadi siswa dapat terjadi timbulnya perilaku yang bermasalah dan
pelanggaran disiplin. Seperti yang dikemukakan B.B. Fischer dadn L. Fischer
dalam Oliva (1976), bahwa pelanggaran disiplin dapat disebabkan oleh salah satu
gaya mengajar guru. Ada berbagai gaya mengajar guru diantaranya:
a.
Guru mengajar yang terlalu cenderung pada pemberian tugas yang terlalu banyak.
b.
Gay mengajar yang mengikut sertakan siswa, bersama-sama merancangkan
kegiatan mengajar antara guru dengan siswa.
c.
Gaya mengajar yang berpusat apda keaktifan siswa.
d.
Gaya mengajar yang mengutamakan matei pelajaran.
e.
Gaya mengajar yang berpusat pada proses pembelajaran.
f.
Gaya mengajar yang membangkitkan emosi siswa.
Selain gaya mengajar guru, juga dapat dianalisis
gaya belajar siswa yang berhubungan dengan timbulnya disiplin, misalnya:
a.
Gaya bertahap demi bertahap
b.
Gaya belajar secara intuisi
c.
Gaya bbelajar yang mengutamakan salah satu alat indra(melihat, mendengar,
dan gerak motorik).
d.
Gaya belajar dengan bermacam-macam alat indra.
e.
Gaya belajar dengan melibatkan emosi
f.
Gaya belajar tetap, sehingga anak dapat berekxplorasi sendiri secara
relevan.
g.
Gaya belajar melalui kegagalan yang di alami
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
A.
Masalah
yang terjadi di dalam kelas
1.
Bercampurnya urusan pribadi dengan urusan pekerjaan.
2.
Banyaknya pekerjaan administratif yang menyita banyak waktu yang harus
dilakukan guru,
3.
Tingkah laku yang ingin mendapatkan
perhatian orang lain, misalnya membadut di kelas (aktif) atau berbuat serba
lamban.
4.
Tingkah laku yang ingin menunjukan kekuatan, misalnya selalu mendebat atau
kehilangan kendali emosional/marah, menangis atau selalu lupa pada
aturan-aturan penting di kelas,dll.
B.Faktor Penyebab Variasi Perilaku
1.
karena
pengelompokan (pandai, sedang, bodoh). Kelompok bodoh akan menjadi sumber
negatif, penolakan atau apatis.
2.
Dari karakteristik individual, seperti kemampuan kurang, membuat tidak puas
atau dari latar belakang ekonomi rendah yang menghalangi kemampuannya.
C.
Untuk mengatasi masalah disiplin;
1.
Analisis terhadap sikap guru,
2.
Analisis terhadap gaya mengajar guru dan gaya belajar siswa,dll.
DAFTAR PUSTAKA
A.Sahertian, Piet. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi
Pendidikan (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2008).
Bahri, saiful. Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka
cipta. 2002).
Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran( Jakarta:
Rineka cipta, 2010).
Suprihatiningrum, Jamil. Strategi Pembelajaran Teori
dan Aplikasinya(Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013).
[1] Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori
dan Aplikasinya. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013., hal.312.
[4] Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi
Pendidikan(Jakarta, PT Rineka Cipta, 2008), hal. 146-148.
No comments:
Post a Comment