Friday, 23 August 2019

PSIKOLOGI KELUARGA

PSIKOLOGI KELUARGA
_____________________________________________________________________________
BAB I


KONTROVERSI PERANAN AYAH
(Beberapa Teori Keayahan & Memahami Peran Ayah)



Ilmu psikologi dalam sejarahnya hampir tidak pernah mengulas secara khusus masalah keayahan (fatherhood). Malah cenderung mengabaikannya. Posisi ayah akhirnya menjadi tidak begitu menarik dan penting dalam setiap urain ilmu psikologi. Ilmu psikologi menyebut peran ayah sebagi fungsinya sebagai orang tua, tetapi sebaliknya sangat menekankan pentingnya tokoh ibu dalam perkembangan anak. 
Bahkan dikalangan antropologi timbul peninilaian sinis yang mengabaikan peranan ayah. Ada yang secara ekstrim menyatakan,  seorang ayah memang dibutuhkan dalm kehidupan keluarga, tetapi pada kenyataannya ayah itu lenih sering menjadi sumber petaka sosial. Lebih-lebih karena ayah sepertinya condong menelantarkan dan kurang memperhatikan proses pertumbuhan serta perkembangan anak hasil perkawinannya. Secara klasik, ayah digambarkan sebagai orang yang tidak pernah ikut terlibat langsung dalam pemeliharaan anak. Ketika anaknya lahir, ia hanya berada diluar kamar bersalin. Ia paling enggan menggantikan popok atau menghangatkan botol susu. Seluruh tanggung jawab dari menggendong, membersihkan tempat tidur dan memberikan makan kepada anak dibebankan pada istrinya. Berbagai aktifitas dan kesibukan seorang ibu pada awal kehidupan anak menempatkan tokoh ibu jauh lebih penting di bandingkan ayah dalam kehidupan anak. 
Dalam ilmu sosiologi, tema keayahan merupakan salah satu objek peenelkitian yang baru oleh karena itu, banyak permasalahan yang belum dapat dijawab dengan tuntas dan masih perlu penelitian lanjutan. Tetapi kiranya disini sudah cukup apabila kita mampu menyingkirkan mitos lama tentang keayahan.
Menurut freud, tentang teori perkembangan sosial seseorang sngan ditentukan oleh pengalam masa kanak-kanaknya,dan tingkat pemuasan pada masa kanak-kanak akan sangat memperuhi tingkah laku seseorang dikemudian hari. Dan dia berpendapat bahwa hubungan sang anak dengan ibunya sangat berpengaruh dalam pembentukan pribadi, dan sikap-sikap sosial dikemudioan hari.  Dimata freud peran ayah itu tidak diperhitungkns. Ayah tidak punya pengaruh bagi perkembangan anak, freud menekankan bahwa perabnan ayah itu  baru muncul pada tahap akhir masa  anak-anak. Para pengkiut aliran freud, menyetujui pentingan peranan ibu pada masa bayi dan kanak-kanak. Ibulah tokoh utama dalam sosialisasi anak.  Kemudia  muncul teori-teori baru yang mencoba meninjau kembali keberadaan pemikiran freud. Robert Sears dan Johns Whitting misalnya mencoba kembali penelitian Freud dan kemudian dikaitkan dengan teori belajar modeern. Kedua psikolog ini berpendapat, anak-anak itu dapat memperoleh kepuasaan apabila dorongan-dorongan biologis dasar seperti lapar dan haus itu diatasi. Dalam soal ini seoranmg ibu memeng mudah dilihat berperan penting bagi seorang anak terutama karena selalu menyuapkan makanan kepada anaknya. Sebaliknya seorang ayah biasanya kurang terlibat dalam memberi makan anak. Tetapi tidak bisa begitu saja dapat disimpulkan ayah kurang berperan dalam perkembangan anak.
Dizaman modern ini, sudah banyak sekali teori tentang keayahan, yang tidak kalah dengan berbagai analisis dengan keibuan. Keduanya memang sama pentingnya, tetapi sorot terhadap peran keayahan itu masih tergolong baru, maka banyak timbul pertanyaan untuk menjawabnya. Blanchard dan Biller mencoba membandingkan empat kelompok anak dalam kemampuan akademiknya. Yang tebagi diantaranya anak di tinggal sebelum usia 5 tahun, setelah 5 tahun tidak dekat dengan ayahnya dan kelompok dengan anak yang dekat dengan ayahnya.
Dalam kelompok anak yang ditinggal ayahnya sebelum usia 5 tahun kemampuan akademiknya menurun dibanding dengan ayahnya teribat penuh dalam perkembangannya. Dari hasil penelitian itu. Lalu timbul pertanyaan bagaimana sebaiknya peranan ayah dalam perkembangann anak.
Tidak diragukan lagi bahwa ayah itu berperan penting  dalam perkembangan anaknya secara langsung. Mereka dapat membelai, mengadakan kontak bahasa, berbicara, atau bercanda dengan anaknya. Arah juga dapat mengatur serta mengarahkan aktivitas anak. Misalnya mengarahkan anak bagaimana cara menghadapi lingkungannya dan situasi luar rumah. Ia memberi dorongan, membiarkan anak mengenal lebih banyak, melangkah lebih jauh, menyediakan perlengkapan permainan yang menarik, mengajar mereka membaca, mengajak anak untuk memperhatikan kejadian-kejadian dan hal-hal yang menarik diluar rumah, serta mengajak anak berdiskusi. Semua tindakan ini adalah cara ayah(orang tua) untuk memperkenalkan anak dengan lingkungan hidupnya dan dapat mempengaruhi anak dalam menghadapi perubahan sosial dan membantu perkembangan kognitifnya di kemudian hari.
Semua kenyataan itu menggambarkan betapa pentingnya hubungan hangat antara suami istri dan hubungan orang tua dengan anak dalam kehidupan keluarga serta keintiman hubungan antara anggota keluarga, ayah, ibu, anak akan sangat mempengaruhi kehangatan hidup keluarga. Dan satu hal yang perlu disadari bahwa keluarga itu tidak boleh mengisolasikan diri dengan masyarakat sekitar.  Keluarga adalah bagian kecil dari suatu komunitas sosial. Keluarga berkomunikasi dengan tetangga, masyarakat, beserta kebudayaan.




BAB II
CALON AYAH DAN KETIKA ISTRI HAMIL

Menjadi seorang ayah bukanlah sesuatu yang tiba-tiba, tetapi melalui proses panjang. Pertama, ia harus mengenal dan memahami berbagai tuntutan ,dan juga suka duka kehidupan keluarga baru. Kemudian harus menentukan bersama istrinya untuk memiliki anak sendiri atau tidak. dan apakah perlu mengambil anak angkat. Semua ini adalah persoalan awal yang dihadapi calon ayah dan ibu. Bila ingin menghendaki anak misalnya, maka perlu di persiapkan bagi kehamilan bukan hanya urusan istri saja. Dari uraian didepan, kita sudah mengenal bagaimana pentingnya peran seorang ayah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika istri Hamil:
1.      Kehamilan Tanggung Jawab Keluarga
2.      Memberi Dukungan Emosional
3.      Bagaimana mengasuh anak yang lain
4.      Pengaruh kehadiran Ayah waktu istri Bersalin
5.      Bagaimaa peran ayah ketika Ibu Operasi Caesar
Jadi, masa hamil adalah masa yang penuh penghargaan dan perenungan bagi suami istri. Maa ini tidaklah cukup dialami kaum istri saja, masa ini melibatkan berbagai pihak. Ayah tidak hanya memikirkan bagaimana menyenangkan istrinya yang hamil, tetapi harus bisa berbuat lebih dari itu.





BAB III
PERKEMBANGAN INTELEGENSI BAYI DAN ANAK

Dalam perkembangan intelegensi anak, bagaimanakah posisi ayah dalam mengatur lingkungan untuk mendorong perkembangan intelegensi anak yang baik? Tokoh ayah mampu melakukan cara terbaik dengan memberikan stimulus dan dorongan kepada bayi. Mereka selalu bercita-cita supaya anaknya maju dalam pelajaran sekolah. Mereka dapat menganjurkan bidang studi mana yang lebih baik untuk dipelajari bahkan menentukan jenis pelajaran yang harus ditekuni anaknya. Apakah anak lebih suka satra, matematika, ata bercita-cita menjadi seorang ahli ilmu alam atau menjadi ahli mesin. Maka orang tua khususnya ayah akan mempengaruhinya dan mendorongnya.
·         Ayah dan Ibu Mempengaruhi Anak Sejak Awal
Numerous dalam studinya memperlihatkan, bahwa bayi itu membutuhkan rangsangan sosial pada saat muncul dan mulai berkembang segi kognitif. Contoh klasik telah digambarkan bagaimana pentingnya rangsangan ini, yang dilakukan melalui observasi pada kelompok anak yatim piatu atau anak pungutan di lembaga yatim piatu. Anak-anak biasanya diharuskan menjaga kebersihan ruang tidur masing-masing. Mereka hanya punya waktu sedikit untuk bersama dengan para pengasuhnya. Mereka kurang melakukan kontak dengan orang lain menyebabkan perkembangan mental anak-anak ini kerdil.
Maka dari itu, dalam situasi normal ayah dan  ibu, barbagai variasi bentuk dan besar kecilnya stimulus dapat mempengaruhi perkembangan intelektual anak. Leon Yarrow, Judy Rubinstein,  dan Frank pedersen menemukan bahwa besar kecilnya dan berbagai variasi bentuk stimulus-seperti sikap membelai, mengajar berbicara, menarik perhatian, dan bentuk stimulus yang lain sudah dapat diterima secara positif oleh anak berusia lima bulan. Seperti yang telah di jelaskan di atas tadi bahwa perkembangan respon sosial bayi, paa saat berbicara, membelai, adalah sesuatu yang penting.
·         Dorongan dan pengaruh Ketidak Hadiran Ayah.
Pengaruh ayah terhadap perkembangan intelektual anak tidaklah berakhir pada masa kanak-kanak saja. Penelitian terhadap dua kelompok anak, yang berusia besar dan ank yang berusia kecil dilakukan. Penelitian ini ingin mengetahui akibat ketidak hadiran seorang ayah pada perkembangannya. Bagaimana dampak pada perkembangan kognitifnya. Salah satu hasil dari pengamatan ini bahwa ayah mempengaruhi dua kelompok umur ini dan mempengaruhi perkembangan kognitif mereka.
Tingginya perhatian seorang ayah dapat dijadikan model bagi ana dalam ketekunan, motivasi untuk berprestasi. Ayah dapat dianggap contoh keberhasilan bagi anak laki-laki di lingkungan yang lebih luas. Bila anak mempunyai banyak kesempatan untuk mengamati dan meniru sikap yang sesuai pada ayahnya, ini membantu perkembangn terutama kemampuan menyelesaikan masalah. Meski demikian, tidak otomatis keterlibatan ayah itu meningkatkan keintelekualan anak. Dan masalah ketidak hadiran bukanlah satu-satunya penyebab menurunya kemampuan akademik anak.





BAB IV
PERCERAIAN DAN DAMPAKNYA PADA ANAK

Kasus perceraian sering di anggap suatu peristiwa tersendiri dan menegangkan dalam kehidupan keluarga. Tetapi, peristiwa ini sudah menjadi bagian kehidupan dalam masyarakat. Kita boleh mengatakan bahwa kasus itu bagia dari kehidupan m,asyarakat tetapi yang menjadi pokok masalah yang perlu direnungkan,  bagaimanakan akibat dan pengaruhnya terhadap diri anak.?
A.    Perceraian dan pengaruhya terhadap perkembangan anak
Hetherington mengadakan penelitian terhadap anak-anak usia 4 tahun pada saat kedua orang tuanya bercerai. Penelitia ini menyelidiki apakah kasus perceraian itu akan membawa pengaruh bagi anak usia dibawah 4 tahun dan di atas 4 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa kasus perceraian itu akan membawa trauma pada setiap tingkat usia anak, meski dengan kadar berbeda.
Kelompok anak yang sudah menginjak usia besar pada saat terjadinya kasus perceraian memberi reaksi lain. Kelompok anak ini tidak lagi menyalahkan diri sendiri. Tetapi memiliki sedikit perasaan takut karena perubahan situasi keluarga dan cemas karena di tinggalkan salah satu orang tuanya. Dan ketika anak menginjak usis remaja, anak sudah mulai memahami seluk-beluk arti perceraian. Mereka memahami, apa akibat yang bakal terjadi dari peristiwa itu. Mereka menyadari masalah-masalah yang bakal muncul, soal ekonomi, sosial, dan faktor-faktor lainnya.
Juth Wallerstein dan Joan Kelly meneliti 60 keluarga yang mengalami kasus perceraian di kalifornia. Peneliti menemukan bahwa anak usia belum sekolah akan lebih mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri menghadapi situasi yang baru. Sedangkan anak usia remaja dilaporkan mereka mengalami trauma yang mendalam. Tetapi 44% anak-anak usia belum sekolah itu perlahan-lahan mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru itu.

B.     Bila Anak Di Bawah Asuhan Ibu
Dalam penelitian ini hetherington berusa menjawab teka-teki yang berkaitan kasus perceraian, hasilnya, peristiwa perceraian itu berdampak pada ayah ibu dan anak. Menimulkan ketidak stabilan emosi, mengalami rasa cemas, tertekan, dan sering rasa marah-marah.  Dalam hal ini pihak ibulah yang paling pahit merasakannya. Mereka merasa tertekan lebih berat, dan pengaruhnya lebih lama, pengaruhnya lebih lama pengaruhnya ibu yang mengasuh anak laki-laki. Malah setelah 2 tahun berlalu,  ibu ini masih merasa kurang mampu, merasa cemas, dan masih trauma dibandingkan dengan ibu yang mengasuh anak putri.
Hetherington menemukan bahwa konflik keluara itu menimbulkan pengaruh kepada sikap bermain anak. Pengaruh sampingan lain adalah terganggunya pegaulan dengan teman sebaya. Akibat yang lebiuh jauh lagi, dapat menjadi alasan penting terhadap perkembanga anak.
C.     Sejauh Mana Peran Ayah Terhadap Anak di bawah Asuhan Ibu
Meski dalam kasus perceraian kaum ibu cenderung mengambil alih mengasuh anak, perasan ayah tetap penting. Hetherington menemukan bahwa pada tahap awal perceraian, ayah selalu menhgujungi anak-anaknya. Sama seperti situasi sebelum perceraian bahkan cenderung lebih sering. Setelah 2 bulan berlalu pengaruh ayah itu masih ada.  Meski lambat laun kontak ini akan bergerak menurun.
D.    Bila Anak di Bawah Asuhan Ayah
Dalam peristiwa perceraian itu kadang-kadang ayah mengambil alih tanggung jawab mengasuh anak. Pilihan ini dianggap sebagai suatu kekecualian dari kebiasaan. Dalam  hal ini ada satu hal yang menarik pada seorang ayah, ayah seperti ini biasanya berasal dari keluarga yang pada masa mudanya lebih dekat dengan ibunya/ kedua orang tuanya. Sebaliknya, kelompok ayah yang tidak mengambil resiko dalam kasus ini adalah mereka yang tidak dekat dengan kedua orang tuanya.
E.     Ayah Tiri
Bagi anak –anak yang masih kecil,kehadiran ayah tiri dapat menciptakan ketegangan, tetapi pada tahap permulaan saja. Satu masalah utama yakni hanya sedikit ayah tiri memperlihatkan hubungan yang akrab dengan anak tirinya. Antara ank tiri dan ayah tiri masih ada perasaan curiga tetapi munculnya perasaan ini pada tahap awal saja. Karena persoalan ini, banyak ayah tiri berusaha menyesuaikan diri  dan berperan sebagai ayah yang sesungguhnya.

·         REVOLUSI PERAN AYAH
Beberapa sejarahwan bahwa kecilnya peran ayah terhadap anaknya sama sekali bukan sebagai akibat perbedaan biologis. Perubahan pandangan ini mulai berkembang semenjak revolusi industri. Pola pikiran tradisional yang membedakan siapa yang bekerja diluar rumah dan siapa dirumah. Sejalan denga itu inspirasi wanita tentang perannya mulai berkembang.
Kemajuan teknologi barang kali membawa arti berkurangnya pemakaian tenaga manusia karena diganti dengan mesi-mesin modern. Maka ada dua konsekwensi dari kemajuan ini. Pertama, kaum pria menjadi memiliki waktu banyak terluang. kedua, perbedaan antara tempat kerja dan rumah sudah tidak menjadi jelas. Kemajuan modern ini cenderung mendekatkan waktu dan tempat. Ada perkiraan, kaum wanita akan menekuni karya rangkap. Pertama ia bercita-cita berprestasi dalam pekerjaan, namun ia juga ingin bertanggung jawab atas pengasuhan anak.




KESIMPULAN

BAB I
KONTROVERSI PERANAN AYAH
(Beberapa Teori Keayahan & Memahami Peran Ayah)
Ilmu psikologi dalam sejarahnya hampir tidak pernah mengulas secara khusus masalah keayahan (fatherhood). Malah cenderung mengabaikannya. Posisi ayah akhirnya menjadi tidak begitu menarik dan penting dalam setiap urain ilmu psikologi. Ilmu psikologi menyebut peran ayah sebagi fungsinya sebagai orang tua, tetapi sebaliknya sangat menekankan pentingnya tokoh ibu dalam perkembangan anak. 
BAB II
CALON AYAH DAN KETIKA ISTRI HAMIL
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika istri Hamil:
a.       Kehamilan Tanggung Jawab Keluarga
b.      Memberi Dukungan Emosional
c.       Bagaimana mengasuh anak yang lain
d.      Pengaruh kehadiran Ayah waktu istri Bersalin
e.       Bagaimaa peran ayah ketika Ibu Operasi Caesar
BAB III
PERKEMBANGAN INTELEGENSI BAYI DAN ANAK.
·         Ayah dan Ibu Mempengaruhi Anak Sejak Awal
·         Dorongan dan pengaruh Ketidak Hadiran Ayah.
BAB IV
PERCERAIAN DAN DAMPAKNYA PADA ANAK
1.         Perceraian dan pengaruhya terhadap perkembangan anak
2.         Bila Anak Di Bawah Asuhan Ibu
3.         Sejauh Mana Peran Ayah Terhadap Anak di bawah Asuhan Ibu
4.         Bila Anak di Bawah Asuhan Ayah
5.         Ayah Tiri

·         REVOLUSI PERAN AYAH
Beberapa sejarahwan bahwa kecilnya peran ayah terhadap anaknya sama sekali bukan sebagai akibat perbedaan biologis. Perubahan pandangan ini mulai berkembang semenjak revolusi industri. Pola pikiran tradisional yang membedakan siapa yang bekerja diluar rumah dan siapa dirumah. Sejalan denga itu inspirasi wanita tentang perannya mulai berkembang.
Kemajuan teknologi barang kali membawa arti berkurangnya pemakaian tenaga manusia karena diganti dengan mesi-mesin modern. Maka ada dua konsekwensi dari kemajuan ini. Pertama, kaum pria menjadi memiliki waktu banyak terluang. kedua, perbedaan antara tempat kerja dan rumah sudah tidak menjadi jelas. Kemajuan modern ini cenderung mendekatkan waktu dan tempat. Ada perkiraan, kaum wanita akan menekuni karya rangkap. Pertama ia bercita-cita berprestasi dalam pekerjaan, namun ia juga ingin bertanggung jawab atas pengasuhan anak.



DAFTAR PUSTAKA
Save M. Dagun, Psikologi Keluarga, Jakarta, Tineka Cipta, Cet. 2, 2002

No comments:

Post a Comment

Pengertian Memori atau Ingatan - Psikologi Pendidikan