Tuesday, 3 September 2019


HADIST TENTANG PENTINGNYA NIAT MENCARI ILMU
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
“Hadist Pendidikan”
 







Dosen Pengampu:
Zahrul Fata, Ph.D

Disusun oleh:
Kelompok II/ TA.B
Dzikry An-Nahyan                     (210514067)
Eka Dewi Rahmawati                 (210514044)
Ekaningrum Nur Anas                (210514063)
Hamidah Nur Na’imah               (210514060)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN  PENDIDIKAN BAHASA ARAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI 
(IAIN) 
PONOROGO
2015
________________________________________________________________________________


     A.    Hadis tentang Pentingnya Niat Mencari Ilmu

حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ عَبْدُ الله بْنُ الزُّبَيْرِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ حَدَّثَنَا يَحْيَ بْنُ سَعِيْدٍ الأَنْصَارِيُّ قَالَ أخْبَرَنِى مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِمَ التَّيْمِيُّ أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ يَقُوْلُ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ خَطَّابِ رضي الله عنه عَلَى المِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلُ الله صلّى الله عليه و سلَّم يَقُوْلُ إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ وَ إِنَّمَا لِكُلِّ امْرِءٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَنَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ إلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ.١
Artinya:
                        Al-Humadiyy ‘Abdullah bin Zubair mengabarkan kepada kami, dia berkata, Sufyan mengabarkan kepada kami, mengabarkan kepada kami Yahya bin Sa’id al-Anshariyy berkata, Muhammad bin Ibrahim at-Taimiyy mengabarkan kepadaku, sesungguhnya dia mendengar ‘Alqamah bin Waqqash al-Laitsiyy berkata, saya mendengar ‘Umar bin Khaththab ra. berkata di atas mimbar, saya mendengar Rasulullah saw. berkata “Tiap-tiap amal harus diertai dengan niat, sesungguhnya balasan bagi setiap amal sesuai dengan apa yang diniatkan. Barang siapa berhijrah untuk dunia maka ia akan mendapatkannya atau wanita untuk dinikahinya, maka hijrahnya maka sampai pada sesuatu yang diniatkan”.


     B.     Pohon Sanad


            RASULULLAH SAW 
            UMAR BIN KHATAB

• '   AL-AQAMAH BIN WAQQAS 
      MUHAMMAD BIN IBRAHIM   
      YAHYA BIN SA'ID  
      SUFYAN  
      ABDULLAH BIN ZUBAIR
MUHAMMARasulullah sa

      C.    Kosa-kata (Gharib al-Hadits)

الأَعْمَالُ     =   
إِمْرِءٍ         =
نَوَى           =

      D.    Kandungan Hadis

          إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ (Tiap-tiap amal perbuatan harus disertai dengan niat). Setiap pekerjaan harus didasari dengan niat. Al-Khauyi mengatakan seakan-akan Rasulullah memberi pengertian bahwa niat itu bermacam-macam sebagaimana perbuatan. Seperti orang yang melakukan perbuatan dengan motivasi ingin mendapat ridha Allah swt. dan apa yang dijanjikan kepadanya, atau menjauhkan diri dari ancaman-Nya.
         Sebagian riwayat menggunakan lafadz النِّيَةُ dalam bentuk mufrad (tunggal) dengan alasan bahwa tempat niat adalah dalam hati, sedangkan hati itu satu, maka kata niat disebutkan dalam bentuk tunggal. Berbeda dengan perbuatan yang sangat tergantung pada hal-hal yang bersifat lahiriyah yang jumlahnya sangat banyak dan beragam, sehingga dalam hadis tersebut kata ‘amal menggunakan lafad jamak (plural) yaitu الأَعْمَالُ, selain itu niat akan kembali pada Dzat Yang Maha Esa dan Tidak ada sekutu bagi-Nya.
         Setiap perbuatan membutuhkan pelaku, maka kalimat الأَعْمَالُ بِالنِّيَات secara lengkap adalah  الأَعْمَالُ الصَّادِرُ مِنَ المُكَلَّفِيْنَ perbuatan yang berasal dari orang-orang mukallaf (orang yang dikenai beban syariat). Maka orang kafir tidak termasuk dalam kategori ini, karena maksud perbuatan dalam hadis ini adalah ibadah.[2]
                                                              
         Dan firman Allah swt. sebagai berikut.

(وَمَا أُمِرُ إِلاَّ لِيَعْبُدُنَ اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَآءَ وَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلَوةَ وَ يُؤْتُوْا الزَّكَاةَ.. البينة: ٥)

“Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya beribadah kepada Allah swt. dengan memurnikan ketaatannya dalam menjalankan agama. (الحُنَفَاءُ) ”Yang lurus”, yakni menuju kepada tauhid. Dan pembahasan tentang hanif ini telah diberikan sebelumnya dalam surat al-An’aam. Dan banyak Imam seperti az-Zuhri dan asy-Syafi’i yang menggunakan ayat mulia ini sebagai dalil bahwa amal perbuatan itu termasuk dalam keimanan.[3]

E.     Penutup
            Dari keterangan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa niat dalam menuntut ilmu adalah penting. Karena telah dijelaskan dalam nash bahwa sebuah ganjaran suatu amal sesuai dengan niatnya. Sesuatu tidak akan mendapat ganjaran bila tanpa niat. Begitu pula jika seseorang mempunyai niat untuk mendapatkan kesejahteraan dunia dalam menuntut ilmu, maka hanya dunia yang akan didapatkan. Oleh karena itu, hendaklah kita mencari ilmu dengan niat yang benar, yakni mencari ilmu untuk mendapat ridha Allah swt. dan demi tegaknya agama Islam.




DAFTAR PUSTAKA

Al-Asqalani, Ibnu Hajar, Fathul Bari, Terj. Ghazirah Abdi Ummah (Jakarta: Pustaka Azzam, Cet. I, 2002).
Bukhari, Muhammad bin Ismail, Shahih Bukhari, (Beirut: Dar al-Fikri, Cet. I, 1994 M/1414 H)
Tafsir ibnu Katsir.



1 Hadis Riwayat Bukhari dalam Shahihnya, Kitab Bad’i al-Wahyi, al-Muqaddimah (Beirut: Dar al-Fikri, Cet. I, 1994 M/1414 H, jld. 1, hal. 1.
[2] Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari, Terj. Ghazirah Abdi Ummah (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002), jld. 1, hal.18-19.
[3] Tafsir ibnu Katsir, hal.517.

No comments:

Post a Comment

Pengertian Memori atau Ingatan - Psikologi Pendidikan