سياق الموقف التاريخ
A.
LATAR BELAKANG
Al-Qura’an
merupakan mu’jizat terbesar Nabi Muhammad SAW, kemu’jizatanya terkandung pada
aspek bahasa dan isinya. Di aspek bahasa, Al-Qur’an mempunyai tingkat fashohah
dan balaghoh yang tinggi. Sedangan dari aspek isi pesan dan kandungan maknaya
melampau batas-batas kemampuan manusia. ketika Al-Qur’an muncul didalamnya
terkandung hal-hal yang tidak bisa ditangkap orang-orang pada zamannya, akan
tetapi, kebenaranya baru bisa dibuktikan pada zaman modern sekarang ini.
Banyak dari
para ulam-ulama’ kemudian mulai menyususn ilmu nahwu, shorof, dan balagha,
untuk mengetahui sastra Al-Qura’an ilmu balagah kemudian disusun oleh pakar
bahasa dengan dikelompokkan menjadi tiga bagian yait bayan, maani dan badi’.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian السياق?
2. Apa pengertian سياق
الموقف التاريخ
3. Bagaimana contoh-contoh سياق
الموقف التاريخ ?
PEMBAHASAN
A.
Pengertian السياق
السياق
atau konteks (bahasa Inggris: context) dalam kajian المعنى berarti “hubungan”, yaitu hubungan
(konteks) makna kebahasaan antarkata dalam suatu kalimat, atau dalam kalimat
yang berbeda, atau hubungan anatara kalimat lain. Selain konteks “kebahasaan”
(linguistis) terdapat pula konteks “situasi” di luar kebahasaan, yaitu konteks
sosial budaya yang melatarbelakangi terciptanya suatu ujaran.
Para ahli balahagah sejak awal menaruh perhatian besar terhadap
pembahasan السياق (konteks), karena konteks memnberikan
makna yang paling cocok pada kata, atau pada makna kalam (nash, teks) secara
keseluruhan.[1]
B. Pengertian سياق
الموقف التاريخ
سياق
الموقف (konteks situasi) adalah konteks lingkungan diluar
kebahasaan dari suatu ajaran (كلام). Memahami koneks situasi diperlukan untuk memahami
makna ujaran yang disampaikan dengan latarbelakang situasi tertentu, termasuk
dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an yang
turun lebih dari 14 abad yang lalu itu. Maka tidak heran jika pembaca menemukan
ayat-ayat al-Qur’an yang baru jelas maknanya setelah diketahui waktu atau
tempat diturunkanya.[2]
C. Contoh-contoh سياق
الموقف التاريخ
1.
Al-Qur’an
memberikan julukan kepada kota Makkah dengan “Ummul Qura’” (Ibu Negeri). Nama
ini membayangkan kedudukan Makkah lebih tinggi dari kota-kota yang lain. Allah
berfirman :
#x»ydur ë=»tGÏ. çm»oYø9tRr& Ô8u$t6ãB ä-Ïd|ÁB Ï%©!$# tû÷üt/ Ïm÷yt uÉZçFÏ9ur ¨Pé& 3tà)ø9$# ô`tBur $olm;öqym 4
tûïÏ%©!$#ur tbqãZÏB÷sã ÍotÅzFy$$Î/ tbqãZÏB÷sã ¾ÏmÎ/ ( öNèdur 4n?tã öNÍkÍEx|¹ tbqÝàÏù$ptä
Artinya:
dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah
Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan Kitab-Kitab yang (diturunkan)
sebelumnya[492] dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura
(Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. orang-orang yang beriman
kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran) dan mereka
selalu memelihara sembahyangnya.(Al-An’am: 92).[3]
2. Surat Al-Imron ayat 137
ôs%
ôMn=yz
`ÏB
öNä3Î=ö6s%
×ûsöß
(#rçÅ¡sù
Îû
ÇÚöF{$#
(#rãÝàR$$sù
y#øx.
tb%x.
èpt6É)»tã
tûüÎ/Éjs3ßJø9$#
Artinya:
Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu
sunnah-sunnah Allah[230]; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (Al-Imran:137)
Ayat
137 perintah untuk memperhatikan bagaimana keadaan orang-orang terdahulu dan
sesudah mereka. Sesungguhnya terah berlaku sebelum kamu sunah-sunah
yakni hukum-hukum kemasyarakatan yang tidak mengalami perubahan sunah tersebut
antara lain yang melanggar perintah-Nya dan perintah rosul-Nya akan binasa dan yang
mengikutinya berbahagia. [4]
3. At-Taghabun ayat 5
óOs9r&
ö/ä3Ï?ù't
(#àst7tR
tûïÏ%©!$#
(#rãxÿx.
`ÏB
ã@ö6s%
(#qè%#xsù
tA$t/ur
öNÏdÌøBr&
öNçlm;ur
ë>#xtã
×LìÏ9r&
Artinya: apakah belum sampai kepadamu
(orang-orang kafir) berita oang-orang kafir terdahulu? Maka mereka merasakan
akibat buruk dari perbuatannya dan mereka mempreoleh azah yang pedih.
(At-Tagabun:5)
Tidaklah telah sampai kepadamu wahai orang-orang musyrik penduduk makkah,
berita tentang orang-orang yang mengkafiri rasul-rasul sebelum kamu seperti
kaum Nuh dan Hud, kaum shalih dan umat lain yang bersih keras dalam kekafiran
dan penolakan, bagaimana mereka ditimpa siksaan Tuhan dan murkanya yang agung.
Allah mengirimkan pada mereka bermacam-macam siksa yang tidak dapat mereka
tolak, sejak dari petir yang datang dari langit lalu menyambar mereka,
goncangan bumi yang binasakan mereka, suara keras yang memekakkan telinga,
membinasakan mereka dan menjadikan mereka, seperti tak pernah ada kemarin serta
menghapuskan mereka dari lembaran wujud, hingga banjir yang menggenangi dan
menelan mereaka. Dan terjalilah bagi mereka yang pernah mereka olok-olokan, dan
merekapun akan mendapatkan siksa dan bencana besar disaat setia orang di balas
dengan apayang telah dilakukanya. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya.[5]
4. Al-An’am ayat 6 dan 11
ö@è%
(#rçÅ
Îû
ÇÚöF{$#
¢OèO
(#rãÝàR$#
y#ø2
c%x.
èpt6É)»tã
tûüÎ/Éjs3ßJø9$#
ÇÊÊÈ
Artinya:
“Katakanlah:
"Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang mendustakan itu."
Sesudah menjelaskan kemusnahan kaum-kaum yang
memusuhi Rasul-Rasul pada zaman dahulu maka Allah SAW dalam ayat ini menyuruh
nabi Muhammad SAW untuk mengatakan kepada kaumnya agar mereka mengembara di atas
bumi ini terutama sekali mendatangi negeri-negei kaum-kaum yang telah binasa
itu. sebab dengan pengembaraan itu mereka akan dapat menyaksikan sendiri
tempat-tempat yang bersejarah menjadi bahan renungan bagi mereka, dan memikiran
mengapa bangsa-bangsa dahulu itu sampai binasa padahal mereka termasuk bangsa
yang perkasa dan berkuasa. Dan sesudah itu hendaklah mereka melihat kepada diri
mereka sendiri dan membandingkannya dengan umat-umat yang musnah itu.
Orang-orang kafir makah sebenarnya adalah
pengembara karena pada umumya mereka hidup sebagai pedagang antar daerah di
semenanjung Arabiah itu, tetapi dalam pengembaraan sebagai pedagang itu, mereka
tidak memperhatikan bekas-bekas peninggalan umat-umat yang musnah itu seperti
kaum Nuh dan Samud di Arabiah utara dan kaum ‘ad di Arabiah selatan.[6]
5. Al-kahfi ayat 9 dan 10
ôQr&
|Mö6Å¡ym
¨br&
|=»ysô¹r&
É#ôgs3ø9$#
ÉOÏ%§9$#ur
(#qçR%x.
ô`ÏB
$uZÏF»t#uä
$·6pgxå
ÇÒÈ
Artinya:
9”Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang
mempunyai) raqim itu,
mereka Termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?”
Maka
maksud ayat 9 ini ialah apakah engkau menyangka atau manusia menyangka bahwa
manusia di buat Allah tertidur beratus tahun di dalam gua yang sunyi terpencil
itu sudah sebagian dari keganjilan kuasa ilahi padahal banyak lagi takdir Allah
di dalam alam ini yanng lebih menakjubkan dan lebih ganjil. Sesungguhpun kisah
penghuni ngalau ini bejumlah suatu yang ganjil di sisi allah, yang maha kuasa
mengatur alam menurut kehendaknya, demi untuk memuaskan kehendak orang yang
bertanya, pertanyaan tentang penghuni gua atau ngalau itu diterangkan Allah
sebagai wahyu dan dikisahkan duduk perkaranya.[7]
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
Pengertian السياق
السياق
atau konteks (bahasa Inggris: context) dalam kajian المعنى berarti “hubungan”, yaitu hubungan
(konteks) makna kebahasaan antarkata dalam suatu kalimat, atau dalam kalimat
yang berbeda, atau hubungan anatara kalimat lain. Selain konteks “kebahasaan”
(linguistis) terdapat pula konteks “situasi” di luar kebahasaan, yaitu konteks
sosial budaya yang melatarbelakangi terciptanya suatu ujaran.
2.
Pengertian سياق
الموقف التاريخ
سياق
الموقف (konteks situasi) adalah konteks lingkungan diluar
kebahasaan dari suatu ajaran (كلام). Memahami koneks situasi diperlukan untuk memahami
makna ujaran yang disampaikan dengan latar belakang situasi tertentu, termasuk
dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an yang
turun lebih dari 14 abad yang lalu itu. Maka tidak heran jika pembaca menemukan
ayat-ayat al-Qur’an yang baru jelas maknanya setelah diketahui waktu atau
tempat diturunkanya
3. Contoh-contoh سياق
الموقف التاريخ
Al-Qur’an memberikan julukan kepada kota
Makkah dengan “Ummul Qura’” (Ibu Negeri). Nama ini membayangkan kedudukan
Makkah lebih tinggi dari kota-kota yang lain. Allah berfirman :
#x»ydur ë=»tGÏ. çm»oYø9tRr& Ô8u$t6ãB ä-Ïd|ÁB Ï%©!$# tû÷üt/ Ïm÷yt uÉZçFÏ9ur ¨Pé& 3tà)ø9$# ô`tBur $olm;öqym 4
tûïÏ%©!$#ur tbqãZÏB÷sã ÍotÅzFy$$Î/ tbqãZÏB÷sã ¾ÏmÎ/ ( öNèdur 4n?tã öNÍkÍEx|¹ tbqÝàÏù$ptä
Artinya:
dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi;
membenarkan Kitab-Kitab yang (diturunkan) sebelumnya[492] dan agar kamu memberi
peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar
lingkungannya. orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu
beriman kepadanya (Al Quran) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya.(Al-An’am: 92)
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maragi, Ahmad Mustafa. Tafsir Al Maragi.
Semarang: CV. Toha Putra, 1986.
Hamka, Tafsir Al Azhar juz XV. jakarta:
Pustaka Panjimas, 1985.
Shihab, M. Quraish Tafsir Al-Mishbah. Ciputat:
Lentera Hati, 2000.
Shonhadji. Al Quran dan Tafsirnya. Yogyakarta: PT.
Dana Bhakti Wakaf, 2000.
Tricahyono, Agus. Materi Balaghoh 1. STAIN
Ponorogo.
Yahya, Mukhtar. Sejarah dan Kebudayaan
Islam 1. Jakarta: Radar Jaya Offset, 2003.
[1] Agus Tricahyono, Materi Balaghoh 1 ( STAIN
Ponorogo), 23.
[2] Ibid; 35.
[4] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Ciputat:
Lentera Hati, 2000), 210.
No comments:
Post a Comment