Sunday, 29 September 2019

Siyak Ath-Tarikh


سياق الموقف التاريخ


      A.    LATAR BELAKANG
Al-Qura’an merupakan mu’jizat terbesar Nabi Muhammad SAW, kemu’jizatanya terkandung pada aspek bahasa dan isinya. Di aspek bahasa, Al-Qur’an mempunyai tingkat fashohah dan balaghoh yang tinggi. Sedangan dari aspek isi pesan dan kandungan maknaya melampau batas-batas kemampuan manusia. ketika Al-Qur’an muncul didalamnya terkandung hal-hal yang tidak bisa ditangkap orang-orang pada zamannya, akan tetapi, kebenaranya baru bisa dibuktikan pada zaman modern sekarang ini.
Banyak dari para ulam-ulama’ kemudian mulai menyususn ilmu nahwu, shorof, dan balagha, untuk mengetahui sastra Al-Qura’an ilmu balagah kemudian disusun oleh pakar bahasa dengan dikelompokkan menjadi tiga bagian yait bayan, maani dan badi’.

     B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian  السياق?
2.      Apa pengertian سياق الموقف التاريخ 
3.      Bagaimana contoh-contoh سياق الموقف التاريخ ?

  
PEMBAHASAN
      A.    Pengertian  السياق
السياق atau konteks (bahasa Inggris: context) dalam kajian المعنى berarti “hubungan”, yaitu hubungan (konteks) makna kebahasaan antarkata dalam suatu kalimat, atau dalam kalimat yang berbeda, atau hubungan anatara kalimat lain. Selain konteks “kebahasaan” (linguistis) terdapat pula konteks “situasi” di luar kebahasaan, yaitu konteks sosial budaya yang melatarbelakangi terciptanya suatu ujaran.
Para ahli balahagah sejak awal menaruh perhatian besar terhadap pembahasan  السياق (konteks), karena konteks memnberikan makna yang paling cocok pada kata, atau pada makna kalam (nash, teks) secara keseluruhan.[1]
      B.     Pengertian سياق الموقف التاريخ
سياق الموقف  (konteks situasi) adalah konteks lingkungan diluar kebahasaan dari suatu ajaran (كلام). Memahami koneks situasi diperlukan untuk memahami makna ujaran yang disampaikan dengan latarbelakang situasi tertentu, termasuk dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an  yang turun lebih dari 14 abad yang lalu itu. Maka tidak heran jika pembaca menemukan ayat-ayat al-Qur’an yang baru jelas maknanya setelah diketahui waktu atau tempat diturunkanya.[2]
      C.    Contoh-contoh سياق الموقف التاريخ
1.      Al-Qur’an memberikan julukan kepada kota Makkah dengan “Ummul Qura’” (Ibu Negeri). Nama ini membayangkan kedudukan Makkah lebih tinggi dari kota-kota yang lain. Allah berfirman :
#x»ydur ë=»tGÏ. çm»oYø9tRr& Ô8u$t6ãB ä-Ïd|ÁB Ï%©!$# tû÷üt/ Ïm÷ƒytƒ uÉZçFÏ9ur ¨Pé& 3tà)ø9$# ô`tBur $olm;öqym 4
 tûïÏ%©!$#ur tbqãZÏB÷sムÍotÅzFy$$Î/ tbqãZÏB÷sム¾ÏmÎ/ ( öNèdur 4n?tã öNÍkÍEŸx|¹ tbqÝàÏù$ptä
Artinya:    
dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan Kitab-Kitab yang (diturunkan) sebelumnya[492] dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya.(Al-An’am: 92).[3]
2.      Surat Al-Imron ayat 137
ôs% ôMn=yz `ÏB öNä3Î=ö6s% ×ûsöß (#r玍šsù Îû ÇÚöF{$# (#rãÝàR$$sù y#øx. tb%x. èpt6É)»tã tûüÎ/Éjs3ßJø9$#
Artinya:
Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah[230]; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (Al-Imran:137)
      Ayat 137 perintah untuk memperhatikan bagaimana keadaan orang-orang terdahulu dan sesudah mereka. Sesungguhnya terah berlaku sebelum kamu sunah-sunah yakni hukum-hukum kemasyarakatan yang tidak mengalami perubahan sunah tersebut antara lain yang melanggar perintah-Nya dan perintah rosul-Nya akan binasa dan yang mengikutinya  berbahagia.        [4]  

3. At-Taghabun ayat 5
óOs9r& ö/ä3Ï?ù'tƒ (#àst7tR tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. `ÏB ã@ö6s% (#qè%#xsù tA$t/ur öNÏd̍øBr& öNçlm;ur ë>#xtã ×LìÏ9r& 
Artinya: apakah belum sampai kepadamu (orang-orang kafir) berita oang-orang kafir terdahulu? Maka mereka merasakan akibat buruk dari perbuatannya dan mereka mempreoleh azah yang pedih. (At-Tagabun:5)
Tidaklah telah sampai kepadamu wahai orang-orang musyrik penduduk makkah, berita tentang orang-orang yang mengkafiri rasul-rasul sebelum kamu seperti kaum Nuh dan Hud, kaum shalih dan umat lain yang bersih keras dalam kekafiran dan penolakan, bagaimana mereka ditimpa siksaan Tuhan dan murkanya yang agung. Allah mengirimkan pada mereka bermacam-macam siksa yang tidak dapat mereka tolak, sejak dari petir yang datang dari langit lalu menyambar mereka, goncangan bumi yang binasakan mereka, suara keras yang memekakkan telinga, membinasakan mereka dan menjadikan mereka, seperti tak pernah ada kemarin serta menghapuskan mereka dari lembaran wujud, hingga banjir yang menggenangi dan menelan mereaka. Dan terjalilah bagi mereka yang pernah mereka olok-olokan, dan merekapun akan mendapatkan siksa dan bencana besar disaat setia orang di balas dengan apayang telah dilakukanya. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya.[5]
4.      Al-An’am ayat 6 dan 11
ö@è% (#r玍ŠÎû ÇÚöF{$# ¢OèO (#rãÝàR$# y#øŸ2 šc%x. èpt6É)»tã tûüÎ/Éjs3ßJø9$# ÇÊÊÈ  

Artinya:
Katakanlah: "Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu."
Sesudah menjelaskan kemusnahan kaum-kaum yang memusuhi Rasul-Rasul pada zaman dahulu maka Allah SAW dalam ayat ini menyuruh nabi Muhammad SAW untuk mengatakan kepada kaumnya agar mereka mengembara di atas bumi ini terutama sekali mendatangi negeri-negei kaum-kaum yang telah binasa itu. sebab dengan pengembaraan itu mereka akan dapat menyaksikan sendiri tempat-tempat yang bersejarah menjadi bahan renungan bagi mereka, dan memikiran mengapa bangsa-bangsa dahulu itu sampai binasa padahal mereka termasuk bangsa yang perkasa dan berkuasa. Dan sesudah itu hendaklah mereka melihat kepada diri mereka sendiri dan membandingkannya dengan umat-umat yang musnah itu.
Orang-orang kafir makah sebenarnya adalah pengembara karena pada umumya mereka hidup sebagai pedagang antar daerah di semenanjung Arabiah itu, tetapi dalam pengembaraan sebagai pedagang itu, mereka tidak memperhatikan bekas-bekas peninggalan umat-umat yang musnah itu seperti kaum Nuh dan Samud di Arabiah utara dan kaum ‘ad di Arabiah selatan.[6]
5.      Al-kahfi ayat 9 dan 10
ôQr& |Mö6Å¡ym ¨br& |=»ysô¹r& É#ôgs3ø9$# ÉOŠÏ%§9$#ur (#qçR%x. ô`ÏB $uZÏF»tƒ#uä $·6pgxå ÇÒÈ
Artinya:
9”Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka Termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?
      Maka maksud ayat 9 ini ialah apakah engkau menyangka atau manusia menyangka bahwa manusia di buat Allah tertidur beratus tahun di dalam gua yang sunyi terpencil itu sudah sebagian dari keganjilan kuasa ilahi padahal banyak lagi takdir Allah di dalam alam ini yanng lebih menakjubkan dan lebih ganjil. Sesungguhpun kisah penghuni ngalau ini bejumlah suatu yang ganjil di sisi allah, yang maha kuasa mengatur alam menurut kehendaknya, demi untuk memuaskan kehendak orang yang bertanya, pertanyaan tentang penghuni gua atau ngalau itu diterangkan Allah sebagai wahyu dan dikisahkan duduk perkaranya.[7]


PENUTUP

             A.    KESIMPULAN
1.      Pengertian  السياق
السياق atau konteks (bahasa Inggris: context) dalam kajian المعنى berarti “hubungan”, yaitu hubungan (konteks) makna kebahasaan antarkata dalam suatu kalimat, atau dalam kalimat yang berbeda, atau hubungan anatara kalimat lain. Selain konteks “kebahasaan” (linguistis) terdapat pula konteks “situasi” di luar kebahasaan, yaitu konteks sosial budaya yang melatarbelakangi terciptanya suatu ujaran.
2.      Pengertian سياق الموقف التاريخ
سياق الموقف  (konteks situasi) adalah konteks lingkungan diluar kebahasaan dari suatu ajaran (كلام). Memahami koneks situasi diperlukan untuk memahami makna ujaran yang disampaikan dengan latar belakang situasi tertentu, termasuk dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an  yang turun lebih dari 14 abad yang lalu itu. Maka tidak heran jika pembaca menemukan ayat-ayat al-Qur’an yang baru jelas maknanya setelah diketahui waktu atau tempat diturunkanya
3.      Contoh-contoh سياق الموقف التاريخ
Al-Qur’an memberikan julukan kepada kota Makkah dengan “Ummul Qura’” (Ibu Negeri). Nama ini membayangkan kedudukan Makkah lebih tinggi dari kota-kota yang lain. Allah berfirman :
#x»ydur ë=»tGÏ. çm»oYø9tRr& Ô8u$t6ãB ä-Ïd|ÁB Ï%©!$# tû÷üt/ Ïm÷ƒytƒ uÉZçFÏ9ur ¨Pé& 3tà)ø9$# ô`tBur $olm;öqym 4
 tûïÏ%©!$#ur tbqãZÏB÷sムÍotÅzFy$$Î/ tbqãZÏB÷sム¾ÏmÎ/ ( öNèdur 4n?tã öNÍkÍEŸx|¹ tbqÝàÏù$ptä

 Artinya:   
dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan Kitab-Kitab yang (diturunkan) sebelumnya[492] dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya.(Al-An’am: 92)


DAFTAR PUSTAKA

Al-Maragi, Ahmad Mustafa. Tafsir Al Maragi. Semarang: CV. Toha Putra, 1986.
Hamka, Tafsir Al Azhar juz XV. jakarta: Pustaka Panjimas, 1985.
Shihab, M. Quraish Tafsir Al-Mishbah. Ciputat: Lentera Hati, 2000.
Shonhadji.  Al Quran dan Tafsirnya. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 2000.
Tricahyono, Agus. Materi Balaghoh 1. STAIN Ponorogo.
Yahya, Mukhtar. Sejarah dan Kebudayaan Islam 1. Jakarta: Radar Jaya Offset, 2003.  


[1] Agus Tricahyono, Materi Balaghoh 1 ( STAIN Ponorogo),  23.
[2] Ibid; 35.
[3] Mukhtar Yahya, Sejarah dan Kebudayaan Islam 1 (Jakarta; Radar Jaya Offset, 2003), 47.
[4] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Ciputat: Lentera Hati, 2000), 210.
[5] Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al Maragi (Semarang: CV. Toha Putra, 1986), 196.
[6]  Shonhadji, Al Quran dan Tafsirnya (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 2000 ), 82.
[7] Hamka, Tafsir Al Azhar juz XV (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1985),168.

No comments:

Post a Comment

Pengertian Memori atau Ingatan - Psikologi Pendidikan